Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Umat Hindu Bali mengaku bahwa mereka adalah masyarakat ‘Sunda Kecil’ atau nenek moyangnya berasal dari keturunan Kerajaan Galuh. Berdasarkan sejarah, nenek moyang masyarakat Hindu Bali adalah generasi pada masa kerajaan Galuh Pakuan atau sebelum masuk agama Islam ke tatar Sunda.
Namun, beberapa tahun berselang atau masih di saat masa Kerajaan Galuh Pakuan, masuk penyebaran agama Islam dari Kerajaan Cirebon ke wilayah Galuh. Bagi mereka yang teguh ingin tetap memeluk agama Hindu, memutuskan meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke daerah Gunung Bromo Jawa Timur.
“Ketika mereka masuk ke Jawa Timur pun kembali terdesak oleh penyebaran agama Islam. Kemudian mereka berpindah lagi dan memutuskan menyebrang ke pulau Bali. Ketika menetap di Bali, keberadaan mereka tidak terganggu. Dan konon menurut sejarah, dari situlah awal mula berkembangnya kelompok masyarakat yang menganut agama Hindu Bali,” terang Kabid Destinasi Dinas Parawisata Kabupaten Ciamis, Budi Kurnia, kepada Koran HR, pekan lalu.
Ketika berbincang dengan pemuka agama Hindu Bali, kata Budi, mereka mengakui bahwa masyarakat Hindu Bali adalah ‘Sunda Kecil’. Sementara masyarakat sunda yang berada di Jawa Barat adalah ‘Sunda Besar’. ‘Sunda Kecil’ artinya bahwa nenek moyang masyarakat Hindu Bali berasal dari Sunda (Galuh Pakuan) dan mereka datang ke Astana Gede mengistilahkan sebagai ritual pulang kampung.
“Kalau dalam istilah bahasa sunda adalah ‘pangbalikan’ (pulang kampung). Jadi, mereka tidak sekedar hanya berziarah ke Astana Gede, tetapi juga merasa pulang ke kampung halaman nenek moyangnya. Mereka pun mengapresiasi dan berterima kasih kepada masyarakat Ciamis yang telah menjaga situs peninggalan nenek moyangnya,” ujarnya. (Bgj/Koran-HR)
Berita Terkait
Umat Hindu Bali Minta Astana Gede Kawali Ciamis Jadi Tempat Ziarah
Umat Hindu Ziarah ke Astana Gede Kawali, Wujud Kebhinekaan dan Potensi PAD Ciamis