Foto: Ilustrasi net/ist
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kasus difteri kembali bertambah di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kali ini seorang perempuan muda berusia 16 tahun warga Kecamatan Cijeungjing dinyatakan secara klinis suspek terkena penyakit difteri. Meski begitu, pasien tersebut belum dinyatakan positif lantaran harus dilakukan uji kultur guna memastikan apakah terdapat bakteri difteri atau tidak.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis sudah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah ditemukan satu warga di Kabupaten Ciamis yang dinyatakan positif terkena penyakit difteri. Sebelumnya terdapat delapan warga Kabupaten Ciamis yang dinyatakan suspek atau diduga difteri. Setelah dilakukan uji kultur di laboratorium, dari jumlah tersebut diketahui hanya satu orang yang positif terkena difteri.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, drg Engkan Iskandar, mengatakan, adanya temuan baru terkait kasus difteri setelah pihaknya mendapat laporan dari salah satu rumah sakit bahwa terdapat pasien yang suspek tertular penyakit difteri. “Pasien tersebut sudah dirawat sesuai prosedur penanganan difteri. Dan informasi terakhir bahwa kondisi pasien tersebut sudah membaik dan hari ini diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit,” katanya, kepada Koran HR Selasa (23/01/2018).
Engkan menambahkan, meski hasil uji klinis yang menggunakan alat mikorosof bahwa pasien tersebut diduga kuat tertular penyakit difteri, namun statusnya belum dinyatakan positif. Karena untuk menentukan seseorang apakah terkena penyakit difteri atau tidak harus dilakukan uji kultur di laboratorium. “Untuk pasien yang baru ini sudah diambil jaringan lesi pada lukanya untuk dijadikan sampel uji kultur. Kita tunggu saja dalam seminggu kedepan hasilnya,” katanya.
Engkan menjelaskan, meski hasil klinis melalui uji mikroskof seseorang dinyatakan menderita difteri, namun tidak selalu sama hasilnya ketika dilakukan uji kultur. Karena apabila dilihat dari tanda-tanda fisik, ada kemiripan antara penderita difteri dengan penderita radang tenggorokan atau kandida albikan.
“Seperti sebelumnya ada dua orang warga Ciamis yang dinyatakan tertular difteri setelah dilakukan uji mikrosofis. Tetapi, setelah keduanya dilakukan uji kultur, ternyata hanya satu orang yang dinyatakan positif difteri. Sementara penderita yang satu lagi hanya terkena penyakit kandida albikan atau radang tenggorokan,” terangnya.
Menurut Engkan, penelitian uji kultur dipastikan hasilnya akurat dalam menentukan seseorang apakah terkena difteri atau tidak. Karena dalam uji kultur ini, jaringan lesi dari penderita diambil untuk diketahui apakah terdapat bakteri atau tidak. Kalau ditemukan bakteri, lalu dikembiangbiakan dalam waktu kurang lebih satu minggu. Setelah itu baru akan diketahui apakah bakteri itu jenis difteri atau bukan. (Bgj/Koran HR)