Tumpukan karung beras medium di salah satu kios beras di Pasar Banjar, yang dijual melebih Harga Eceran Tertinggi (HET). Di toko tersebut tersedia pula beras Bulog OP CBP. Photo: Nanang Supendi/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Sejak akhir tahun 2017 hingga memasuki tahun 2018 ini, harga beras medium di wilayah Kota Banjar melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Menteri Perdagangan (Mendag) bulan Agustus 2017 lalu. Pedagang menaikan harga eceran karena harga kulak dari pabrik atau distributor sudah tinggi.
Berdasarkan HET pulau Jawa yang ditetapkan Mendag, harga beras medium Rp.9.450 per kilogram, dan beras premium Rp.12.800 per kilogram. Namun, pada kenyataannya kini di pasar atau warung, harga jual beras medium sudah mencapai Rp.11.500 per kilogram.
Kondisi demikian dikeluhkan warga, seperti diungkapkan Leni, seorang ibu rumah tangga, warga Kecamatan Langensari, Kota Banjar. Dia menyebutkan, beras medium yang biasa dibelinya di warung kini hanrganya sudah mencapai Rp.11.500 per kilogram. Kenaikannya memang bertahap, karena minggu lalu ia membelinya masih diharga Rp.11.000 per kilogram.
“Harga sekarang ini kan melampaui HET yang ditetapkan pemerintah. Buat apa kebijakan tersebut dibuat, tapi tetap tak bisa dikendalikan. Saya kira untuk beli beras di pasar pun tak akan jauh, yaitu melebihi HET juga,” ungkap Leni, Sabtu (30/12/2017).
Pantauan Koran HR di Pasar Banjar, Selasa (02/01/2018), pada beberapa kios/toko beras, beras medium dijual hingga Rp.11.000 per kilogram, atau lebih tinggi Rp.1.500 per kilogranya dari HET. Bahkan, stok dagangan beras yang ada tergolong sedikit karena memang sedang langka, sehingga pedagang menyediakan beras dari Bulog seharga Rp.8.500 per kilogram.
Seperti di salah satu kios beras milik H. Suparman, yang hanya tersedia dua jenis harga beras kualitas medium, yakni Rp.11.000 per kilogram. Harga tersebut untuk pembelian per karung. Jika belinya sebatas kiloan dihargakan Rp.11.500 per kilogramnya.
“Ya memang begitu harga beras medium sedang naik, karena kita pun belinya tinggi. Itu dibeli dari luar daerah. Penyebab mahalnya harga beras medium juga akibat gabahnya sedang langka baik di pabrik maupun distributor,” terang Suparman.
Sebelumnya beras tersebut dijual dengan harga sekitar Rp.9.500 per kilogram atau sesuai HET. Sebagai perbandingan, dirinya menyediakan beras setara medium ke Bulog yang dijualnya per kilogram seharga Rp.8.300. “Hari ini pun saya sedang menurunkan beras kiriman dari Bulog sebanyak 10 ton,” katanya.
Menurut Suparman, langkanya beras medium hingga di jual melampaui HET diperkirakan bisa berlangsung 3 bulan ke depan atau sampai bulan Maret, yakni saat musim panen padi tiba. Hal itu berdasarkan informasi yang diterimanya dari distributor beras di daerah Jawa Tengah.
Pendapat serupa juga dikatakan pemilik kios beras lainnya, Cucu, bahwa dirinya selaku penjual merasa bingung dengan kondisi beras yang langka ini. Jika pun punya stok barang, namun harganya sudah naik dari sebelumnya.
“Kami punya beras medium antara harga 10.000 rupiah sampai 11.000 rupiah per kilogramnya. Di Kios kita juga disediakan beras dari Bulog sebagaimana program yang sedang dijalankan, yaitu Operasi Pasar Cadangan Beras Pemerintah atau OP CBP. Alhamdulillah, beras yang dari Bulog harga per kilogramnya 8.500 rupiah sudah habis terjual, dan sekarang sedang mengorder lagi,” terangnya.
Cucu mengklaim beras medium dari Bulog kualitasnya tak kalah jauh dari beras medium yang biasa ia jual. Namun, dirinya tak menampik ada beras yang sedikit berwarna kuning. Tapi itu pun tidak semuanya.
“Kata pembeli, beras medium dari Bulog seharga 8.500 rupiah itu lumayan bagus, tidak bear hasil nanakannya. Beras seharga itu bisa bantu warga, karena saat ini beras medium yang biasa dijual kami lampaui HET. Ya bagaimana lagi, kami juga bingung,” ujar Cucu. (Nanks/Koran HR)