Salah satu cagar budaya yakni tempat Penyambung Ayam Karangkamulyan selalu digenangi air. Sampai saat ini tidak ada yang tahu asal-muasal air yang menggenangi tempat tersebut. Foto: Tantan/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Mitos suara menyerupai bunyi letusan senjata api (senpi) masih sering terdengar dengan jelas hingga saat ini, tepatnya di salah satu destinasi wisata cagar budaya Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Suara tersebut juga seringkali dijadikan pertanda oleh masyarakat sekitar akan datangnya suatu kejadian.
Koordinator Juru Pelihara/ Juru Kunci Objek Wisata Karangkamulyan, Sarifin, ketika ditemui Koran HR, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, objek wisata yang dimaksud itu terletak di Sanghyang Bedil. Mitos keterkaitan suara dengan kejadian tersebut sudah tidak ada lagi. Namun suara menyerupai letusan senjata api masih terdengar sampai sekarang.
“Memang benar suara itu masih terdengar sampai sekarang, namun kejadiannya tidak seperti dulu. Kini, apabila terdengar suara letusan senjata api dari Sanghyang Bedil, salah satu cagar budaya yakni tempat Penyambung Ayam selalu digenangi air. Sampai saat ini tidak ada yang tahu asal-muasal air yang menggenangi tempat tersebut,” katanya, Selasa (19/12/2017).
Anehnya, kata Sarifin menuturkan, genangan air di area Penyambung Ayam tersebut berwarna sangat jernih dan bersih. Namun, sampai saat ini pihaknya belum menemukan sumber air yang menggenangi area tersebut.
“Kami bersama pengurus lainnya, sudah mencari ke berbagai penjuru area penyambung ayam. Tetapi, semua kerja keras kami tidak membuahkan hasil, kami belum menemukan titik mata air yang selalu menggenangi area itu,” katanya.
Menurut Sarifin, apabila datang musim ziarah, air genangan di area penyambung ayam tersebut selalu diambil para pengunjung.
Sementara itu, Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Kebudayaan, Olahraga dan Kepemudaan Kabupaten Ciamis, Tetet Widayanti, menghimbau masyarakat dan pengunjung untuk tidak mengambil air di area genangan tersebut.
“Informasi genangan air di area tempat penyambung ayam itu telah kami terima. Air itu sering diambil dan dimanfaatkan oleh pengunjung. Kami sangat menghimbau kepada seluruh pengunjung untuk tidak mengambilnya, karena akan mengganggu pelestarian cagar budaya,” katanya. (Tan/Koran HR)