Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Pasca gempa Tasikmlaya beberapa waktu lalu mengakibatkan sekitar 1300 rumah warga Kabupaten Pangandaran mengalami kerusakan. Berdasarkan data sementara dari Pusdalops Kabupaten Pangandaran, rumah yang rusak akibat gempa tersebut bervariatif, yakni rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Daerah (DPKPBD) Pangandaran bersama tim relawan seperti FKDM masih terus mendata jumlah pasti di lapangan korban gempa di wilayah Pangandaran.
Nana Ruhena, Kepala DPKPBD Pangandaran, mengatakan, dari data sementara bangunan rusak akibat gempa tersebut selain rumah adalah tempat ibadah, toko maupun hotel. Adapun jumlah korban jiwa yang mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan sebanyak 20 orang.
“Data warga yang mengalami luka kami peroleh dari Dinas Kesehatan, yang luka parah hanya tiga orang. Adapun mereka yang terluka dirawat di Puskesmas terdekat, yakni di kecamatan masing-masing,” katanya kepada Koran HR, Senin (18/12/2017) lalu.
Nana menambahkan, pihaknya mengaku saat ini baru bisa memberikan bantuan tenda darurat kepada warga yang rumahnya sama sekali tidak bisa ditempati. Tak hanya itu, bantuan selimut serta makanan juga diberikan kepada korban.
“Kita menargetkan data finalnya sampai hari Kamis (21/12/2017) nanti. Kami tetap menghimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada karena kondisi saat ini cuacanya kurang bersahabat,” pungkasnya.
Rohandi, salah satu korban rumah rusak berat warga Desa Wonoharjo, Kecamatan Pangandaran, mengatakan, dirinya bersama keluarga terpaksa menempati tenda darurat lantaran rumahnya tidak memungkinkan untuk ditempati.
“Kalau didata sama pihak desa sudah dan baru dikasih bantuan berupa tenda biru yang digunakan menyimpan perabot dapur,” katanya.
Rohandi berharap, pemerintah dapat memberikan bantuan untuk meperbaiki rumahnya yang saat ini memprihatinkan. Bahkan, ia berencana merobohkan rumahnya sendiri karena secara fisik sudah tidak memungkinkan dibangun ketika tidak dari awal.
“Jika bangunan awal tidak dirobohkan, justru membahayakan. Makanya saya robohkan agar ketika nanti dibangun tidak menimbulkan kekhawatiran,” pungkasnya. (Ntang/Koran HR)