Berita Gaya Hidup, (harapanrakyat.com),- Di manapun Anda berada, baik sendiri maupun saat bersama teman-teman, melakukan foto selfie sepertinya sudah menjadi kegiatan yang sering dilakukan. Tapi, tahukah Anda, kalau sering foto selfie pertanda alami gangguan mental?
Baru-baru ini sebuah studi di India telah menegaskan bahwa, foto selfie adalah kondisi medis yang mungkin memerlukan perawatan, dan kondisi ini disebut selfitis. Dari situlah kemudian muncul asumsi bahwa orang yang sering foto selfie pertanda alami gangguan mental.
Dalam hal ini, peneliti telah mengembangkan ‘Selfitis Behaviour Scale’ yang bisa membantu menentukan tingkat keparahan kecanduan seseorang dengan mengklasifikasikan kondisi selfitis dalam 3 tingkatan.
Pertama, batas sebelum akut, yakni melakukan foto selfie sebanyak 3 kali sehari tetapi tidak mempostingnya di media sosial. Kedua, akut, yakni melakukan foto selfie 3 kali sehari dan mempostingnya di media sosial. Ketiga, kronis, yaitu adanya dorongan konstan untuk melakukan foto selfie, lalu mempostingnya di media sosial setidaknya 6 kali dalam sehari.
Temuan penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Mental Health juga mengungkapkan, bahwa obsesi melakukan foto selfie didorong atas kondisi psikologis seseorang atau dari emosi yang berlebihan.
Untuk memahami mengapa generasi milenial tergila-gila dengan kamera depan ponsel mereka, psikiater konsultan Rumah Sakit Apollo Gleneagles, Kolkata, Dr. JR Ram, mengatakan, orang terus mencari apresiasi dari orang lain. Mereka akan menunjukkan prestasi mereka untuk tampil berani berbeda, sehingga hal itu membuat mereka mendapat perhatian.
“Kebutuhan untuk selfie bisa timbul dari dua kondisi ekstrim pikiran kita, yakni terlalu banyak harga diri, atau harga diri yang terlalu rendah,” kata Dr. Ram.
Ketua psikolog Indian Institute of Counseling, Dr. Vasantha R Patri, mengatakan, banyak penggila selfie yang berpikir terlalu tinggi terhadap dirinya sendiri, karenanya menampilkan dirinya ke dunia. Kelompok orang seperti ini memang narsis.
“Sebaliknya, banyak hal yang kurang bernilai membutuhkan penegasan diri dari dunia, dan hanya kelompok yang kedua yang akan menyetir sendiri pada ketinggian yang gila untuk mendapatkan apresiasi. Karenanya selfie dapat mempertaruhkan nyawa mereka sendiri,” kata Dr. Vasantha.
Sementara, menurut Nikita Kumar, seorang psikolog konseling dan ilmuwan penelitian di Univeristas Delhi, bahwa semakin berani diri Anda, semakin besar pula kemungkinan Anda diperhatikan dan dihargai oleh rekan-rekan.
“Kita sekarang menjadi generasi yang terobsesi dengan presentasi diri di media sosial, daripada pembentukan karakter yang sebenarnya. Kenyataan ini telah menjadi lebih kuasa dan memberi kita kesempatan yang cukup baik untuk memiliki kendali atas bagaimana orang lain melihat kita,” kata Nikita.
Jadi, apakah Anda adalah seorang pecandu selfie atau hampir kecanduan? Jawabannya tentu harus mengetahui apa yang sebenarnya perlu dilakukan terhadap kondisi Anda sendiri. (Eva/R3/HR-Online)