Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Konon menurut orang tua dahulu, setiap pohon di dalam areal situs atau keramat, dihuni mahluk ghaib. Sehingga, pohon-pohon tersebut dijaga dan tidak dikotori, apalagi jika ada yang ingin menebangnya.
Jika pohon ditebang, dikotori atau dirusak, maka penghuninya akan marah dan mengganggu orang-orang yang telah melakukan hal itu. Mitos tersebut sampai sekarang masih terdengar, khususnya di daerah pedesaan. Seperti yang terjadi di Dusun Sukahurip, RT. 8/4, Desa Sukamukti, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar.
Karena dianggap membahayakan, warga berencana akan menebang salah satu pohon ketapang yang berada di areal keramat Eyang Dalem Kanduruan. Pohon itu tepat berada di atas tebing dan bersebelahan dengan tebing yang longsor pada hari Senin (18/12/2017) malam kemarin.
Namun tak disangka, baru saja warga berencana akan menebang satu pohon, tiba-tiba salah satu warga mengalami kesurupan. Orang yang mengalami kesurupan itu adalah Yanti (25), warga setempat.
Saat kerasukan, makhluk halus yang merasuki tubuh Yanti meminta agar warga tidak menebang pohon ketapang tersebut. Jika ada yang berani, maka akan menanggung akibatnya. Sontak saja, dengan ucapan kalimat itu warga pun jadi takut dan mengurungkan niatnya untuk menebang pohon ketapang yang dimaksud.
“Tadinya warga acuh dengan mitos ini, tapi di sisi lain warga pun takut untuk melanggarnya. Dalam mitos tersebut, tidak boleh merusak bahkan menebang pohon yang berada di keramat Eyang Dalem Kanduruan, karena akan membuat penghuninya marah,” ungkap Tahmid (60), Ketua RW setempat, kepada Koran HR, Selasa (19/12/2017).
Senada dikatakan Mudir (67), warga lainnya, bahwa cerita yang bersumber dari masyarakat, dan cerita itu biasanya tidak bisa diterima secara rasional. Namun, mitos pun terkadang bisa benar-benar terjadi, hingga akhirnya cerita-cerita seperti itu dapat mensugesti masyarakat.
“Kita berpikir positif saja, cerita mitos mempunyai maksud tersendiri, yang mana tujuannya demi mewujudkan kemaslahatan bersama antara manusia dengan alam,” kata Mudir.
Adem (43), warga lainnya, menyebutkan, pohon ketapang yang akan ditebang berada di tempat yang “angker.” Menurutnya, jangankan untuk menebang pohon, berburu burung yang ada di areal itu pun dilarang. Kalau ada yang nekat melanggar mitos, maka akan tahu sendiri akibatnya.
Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Kesiap-siagaan BPBD Kota Banjar, Asep Setiadi, menilai, secara tidak langsung cerita mitos semacam ini bertujuan supaya warga tidak merusak lingkungan, melainkan harus menjaga lingkungannya.
“Kita berpikir secara logika saja. Cerita mitos ini bertujuan baik, contohnya pohon-pohon tidak boleh ditebang, karena di sisi lain selain bisa dimanfaatkan sebagai tempat berteduh, juga mampu untuk menjadi resapan air ketika hujan, dan saat kemarau daerah yang terdapat pohon besar tidak akan kekeringan lantaran ada cadangan air dari pohon tersebut,” tandas Asep.
Di tempat terpisah, juru kunci situs Eyang Dalem Kanduruan, Abah Akung, mengatakan, sebaiknya pohon yang berada di areal situs jangan ditebang, tapi cukup dipangkas saja. Karena, pada hakikatnya mitos diciptakan untuk kemaslahatan, menjaga kearifan lokal, lingkungan, tata krama, dan lain-lain.
“Kita lihat daerah-daerah yang masih mempertahankan mitos, pasti daerahnya belum rusak, masih ada pohon besar, sumber air dan lingkungannya asri. Dari kearifan lokal inilah membuat daerah dan kehidupan masyarakatnya tetap terjaga,” terang Abah Kakung.
Akhirnya, warga pun memutuskan untuk tidak menebang pohon ketapang yang berada di areal situs Eyang Dalem Kanduruan, namun hanya memangkasnya. (Hermanto/Koran HR)