Kejadian longsor yang menyeret sebuah jembatan dan rumah di Dusun Sukapura, Desa Cikaso, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis. Foto: Suherman/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com).-
Longsor yang menyeret jembatan serta rumah warga yang terjadi di Dusun Sukapura, Desa Cikaso, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Selain menyalurkan bantuan akomodasi serta tenaga, hampir seluruh intansi pemerintah sempat datang untuk mengunjungi lokasi kejadian.
Namun, sebagian warga menyayangkan lambannya tindakan yang diilakukan pemerintah karena proses evakuasi serta penanganan bencana terkesan ngaret. Pasalnya, ancaman bahaya longsor susulan terus menghantui perasaan warga di sekitar lokasi.
Tidak sedikit juga warga menuding bencana longsor yang terjadi di Cikaso merupakan kecerobohan pihak kontraktor yang mengerjakan perbaikan tebing di bawah jembatan. Soalnya, debit air Sungai Cikaso yang masih dalam tahap di bawah ambang masuk ke saluran yang terdapat pada galian bawah jembatan.
Kondisi tersebut memicu tebing bagian bawah jembatan terkikis dan meluas hingga akhirnya menghanyutkan sebuah rumah milik warga yang jaraknya sekitar 20 meter dari bahu jembatan.
“Longsor ini terjadi lantaran adanya sebuah pekerjaan yang mengabaikan dampak bahaya terhadap lingkungan. Padahal saat bencana banjir yang merendam ratusan rumah tahun lalu, tidak terjadi hal seperti ini. Kondisi air saat ini hanya pada ketinggian setengahnya saja. Tapi akibatnya jadi fatal, hingga merobohkan jembatan serta rumah warga,” kata warga yang enggan disebutkan identitasnya, Senin (09/10/2017) lalu.
Senada dengan itu, Kepala Dusun Sukapura, Eji, ketika ditemui Koran HR, Senin (09/10/2017) lalu mengatakan, longsor yang menyeret jembatan serta satu rumah warga tersebut diakibatkan kecerobohan pihak rekanan yang mengerjakan proyek perbaikan tebing di sekitar jembatan.
Menurut Eji, para pekerja proyek tersebut sebelum datang curah hujan membuat galian di depan serta belakang bendungan, sehingga begitu air datang langsung masuk ke dalam galian dan menggerus tebing.
“Kami memandang kejadian ini bukan murni akibat bencana banjir, namun diakibatkan oleh kecerobohan sebuah pekerjaan. Toh air sungai tingginya tidak seberapa, hanya setengah dan tidak masuk ke pemukiman, namun longsoran malah terjadi besar-besaran,” terangnya.
Eji menilai, pembangunan yang tengah dikerjakan pihak rekanan tersebut tidak mengutamakan kualitas serta keselamatan. Pasalnya, saat pengawas tidak ada di lokasi, para pekerja selalu mengakali spek kualitas, seperti batu bekas serta pasir yang ada di tempat.
“Masa pasirnya menggunakan pasir yang ada di sungai. Mereka (pekerja) mengangkat pasir dari sungai itu dan langsung dibikin adukan, sehingga jelas kualitasnya harus dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Tanggapan serupa disampaikan Ketua Forum Barisan Muda Banjarsari Kawasen Bersatu (BMBKB), Muhamad Fatoni, Senin (09/102017). Toni mengatakan, kejadian tersebut bukan mutlak disebabkan oleh bencana. Menurut dia, kejadian itu disebabkan karena faktor keteledoran pihak rekanan yakni CV. Satria Rahayu yang tengah melakukan pengerjaan rehabilitas jaringan irigasi tepat di bawah jembatan Cikaso.
“Kami menilai hal ini bukan karena bencana semata. Tapi ada hal lain yang menjadi penyebab robohnya jembatan serta rumah warga. Dari awal kami sudah menduga jika proses pengerjaan menyalahi aturan dan tidak mengindahkan faktor keselamatan,” katanya.
Toni mengaku, pihaknya merasa prihatin dengan kejadian tersebut. Apalagi dia melihat arus air Sungai Cikaso pada saat kejadian tidak begitu besar. Sayang, kejadian itu berdampak besar hingga merugikan warga serta negara.
“Kami berharap agar pihak berwenang bisa bertindak tegas serta meminta pertanggungjawaban dari kontraktor yang telah melakukan kecerobohan. Selain itu, pihak rekanan juga harus mengganti rumah warga yang ambruk,” tambahnya.
Sampai berita ini turun, sebuah alat berat sudah diturunkan ke lokasi longsoran untuk membuat saluran dan menyingkiran bongkahan reruntuhan jembatan yang menyumbat arus air sungai.
Kasie Sungai Air Rawa dan Danau Dinas PUPR Kabupaten Ciamis, Abdul Rosid, saat ditemui Koran HR, Selasa (10/10/2017) mengatakan, alat berat yang diterjunkan tersebut bertujuan untuk mengatasi penyumbatan akibat material jembatan.
“Pengerukan ini paling satu hari juga selesai. Kami buang puing-puing sisa reruntuhan bangunan jembatan serta membuat saluran air yang sempat tersendat kemudian berbalik arah dan menerjang pemukiman warga,” katanya.
Sementara itu, sejak kejadian berlangsung, Koran HR belum mendapat keterangan dari pihak rekanan terkait dugaan kelalaian yang mengakibatkan bencana tersebut terjadi. (Suherman/Koran HR)