Berita Gaya Hidup (harapanrakyat.com),- Dengan harta yang dimilikinya, orang-orang kaya bisa membeli apa yang diinginkannya dan berapa pun harganya. Namun, orang super kaya biasanya merasa malu bila label harganya pada barang yang dibelinya terlihat oleh orang lain.
Dikutip dari KOMPAS, ahli sosiologi, Rachel Sherman, mewawancarai 50 orang tua di New York yang memiliki pendapatan minimal 4 miliar rupiah per tahun. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas orang-orang kaya itu mengaku merobek label harga barang yang dibelinya, sehingga orang lain tidak akan tahu berapa uang yang ia belanjakan.
Sementara itu, dalam esai yang dimuat di New York Times, Rachel Sherman juga menulis tentang seorang wanita yang setiap tahun menghasilkan 4 miliar rupiah, dan mewarisi kekayaan keluarga beberapa juta dollar. Wanita tersebut juga selalu membuang label harga baju yang baru dibelinya.
“Seorang desainer interior yang saya kenal juga menceritakan salah satu kliennya yang selalu menyembunyikan harga barang-barang yang ia beli. Semua barang furnitur yang datang ke rumahnya juga harus dihilangkan supaya staf di rumahnya tidak melihat,” kata Rachel.
Kebiasaan itu menunjukkan pola yang lebih besar, dimana orang super kaya menganggap dirinya normal, dan merasa canggung dengan hasil belanjanya karena mereka tidak mau dianggap kaya. Bahkan, dalam hal kekayaan, orang-orang super kaya itu juga tidak pernah menunjukkan kalau dirinya “kaya” atau “kelas atas.”
Menurut Rachel, mayoritas orang-orang super kaya lebih suka istilah “nyaman” atau “beruntung.” Sebagian orang super kaya juga mengelompokkan dirinya ke dalam “kelas menengah” karena mereka membandingkan dirinya dengan orang yang lebih kaya lagi.
“Orang-orang super kaya yang saya wawancara itu tidak pernah membual soal harga yang mahal. Mereka justru bersemangat cerita ketika mereka berhasil menawar harga barang, membeli pakaian di tempat biasa, atau naik mobil tua,” terangnya.
Apa yang Rachel Sherman temukan itu sejalan pula dengan yang dituliskan Thomas C. Corley dalam bukunya “Rich Habits.” Thomas melakukan wawancara selama 5 tahun dengan para miliuner guna mengetahui kebiasaan yang membuat mereka menjadi kaya.
Secara umum, Corley juga menemukan orang kaya ingin dianggap sebagai sesuatu yang normal, dan mereka pun ingin lebih dermawan. (Eva/R3/HR-Online)