Kondisi Sungai Cirapuan yang mengalami pendangkalan dan perlu normalisasi. Foto: Madlani/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Kondisi Sungai Cirapuan yang mengalir ke Sungai Citanduy mengalami pendangkalan. Padahal, sungai tersebut dimanafaatkan para petani di empat desa, Desa Sindangwangi, Desa Ciganjeng, Desa Karangsari dan Desa Tunggilis Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran.
Lantaran pendangkalan yang terjadi di sungai terseier tersebut, disinyalir bisa menyebabkan banjir di areal pesawahan dan menyebabkan gagal panen para petani saat musim tanam satu (MT1).
Menurut Kepala Desa Sindangwangi Kecamatan Padaherang, Kursin Kusnaedi, untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya mengaku sudah mengirimkan surat permohonan ke Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy (BBWSC) melalui SDA II Sungai dan SDA III Irigasi. Ia meminta normalisasi Sungai Cirapuan dari pendangkalan tersebut.
“Ketika tidak dinormalisasi, bisa jadi banjir ke areal pesawahan hingga menyebabkan gagal panen. Kami sudah kirim surat yang ketiga kalinya ke BBWSC. Terakhir tertanggal 4 September 2017,” terangnya kepada Koran HR, Senin (11/09/2017) lalu.
Ia menjelaskan, sekitar Maret hingga April 2016 silam telah dilakukan normalisasi di tiga anak sungai, yakni di Anak Sungai Sindangsari, Anak Sungai Cimeong dan Anak Sungai Lianggunung. Sayangnya, kata ia, hingga saat ini belum ada serah terima pekerjaan dengan pihak desa.
Setelah dilakukan normalisasi anak sungai tersebut, jelas ia, sempat terjadi longsor hingga mengalami tanggul jebol karena tanahnya belum padat. Bahkan, hingga saat ini kondisinya masih menggunakan karung alias belum permanen.
Lebih jauh, Kursin berharap tanggul yang jebol setelah normalisasi tersebut segera diperbaiki. Sebab, jika masih bersifat sementara dikhawatirkan akan jebol kembali lantaran belum permanen.
“Apabila Sungai Cirapuan tidak juga dinormalisasi, khawatir air akan kembali ke anak sungai yang pernah dikeruk sebelumnya. Dan khawatir bila akan terjadi banjir di wilayah Dusun Sindangsari Blok Sidaharja Desa Sindangwangi serta beberapa wilayah lainnya. Kami harap peninggian tanggul harus disamakan, jangan sebelah saja,” kata Kursin Kusnaedi.
Kursin menambahkan, setelah normalisasi Anak Sungai Liunggunung di Blok Cihaur Dusun Balater dilakukan, ia harap tanggul ditinggikan dan pintu air/klep diperbesar. Bahkan, opsi lainnya jangan diadakan sekalian. Sebab, jika tanggul ditinggikan dan pintu air yang kondisinya kecil, akan menghambat air yang mengalir dari hulu.
“Dari hulu air itu mengalir melalui lebih dari 3 anak sungai yang ukurannya sekitar lebar 2 meteran. Sehingga, menurut kami lebih baik pintu klep dilebarkan atau ditiadakan sekalian supaya air ke Sungai Cirapuan lebih lancar setelah tanggulnya ditinggikan. Catatannya, tanggul ditinggikan terlebih dahulu dan Sungai Cirapuan dinormalisasi,” tegasnya lagi.
Hal yang sama juga diutarakan Ketua Gapoktan Desa Sindangwangi, Kisman. Ia mengatakan, ketika musyawarah dengan tokoh pertanian Desa Sindangwangi diharapakan permohonan para petani melalui Kepala Desa untuk segera ditindaklanjuti oleh BBWSC. Sebab, saat ini kondisi Sungai Cirapuan kondisinya memprihatinkan, dangkal.
“Sungai Cirapuan itu tembus sampai ke Desa Ciganjeng pendangkalannya. Dampaknya, kurang lebih terhadap sekitar 350 hektar pesawahan di Desa Sindangwangi saja. Di Desa Ciganjeng belum tahu berapa hektar. Yang pasti, BBWSC harus segera turun tangan,” harapnya. (Mad/R6/Koran HR)