Suk, salah satu pedagang makanan di RT 01 RW 07 Dusun Sampih Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar. Foto: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Musim kemarau yang terjadi akhir-akhir ini di Kota Banjar, memberi dampak signifikan terhadap masyarakat. Selain air menjadi sulit didapat, kondisi areal pesawahan tadah hujan di sejumlah wilayah juga terdampak kemarau yang diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2017 nanti.
Khusus di bidang pertanian, kondisi kemarau membuat para petani mengalami gagal panen, sehingga penghasilan padi para petani di musim kemarau ini mengalami penurunan. Tak hanya faktor cuaca, penurunan penghasilan padi juga disebabkan hama wereng yang terus menyerbu areal pesawahan di sejumlah lokasi.
Bahkan, penurunan hasil panen padi berdampak cukup besar pada harga beras yang sejak sepekan terakhir ini mengalami kenaikan. Seperti yang dirasakan Suk, salah satu pedagang nasi timbel di RT. 01, RW. 07, Dusun Sampih, Desa Rejasari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar. Ia mengaku, dalam sepekan terakhir ini harga beras yang dibelinya dari pengusaha penggilingan padi mencapai Rp. 8.300 per kilogramnya.
“Ya mau bagaimana lagi karena kondisi para petani mengalami gagal panen akibat kemarau dan juga hama wereng. Untuk mensiasatinya, saya sedikit kurangi porsi nasi timbel yang saya jual ke konsumen,” tuturnya, kepada Koran HR, Senin (11/09/2017) lalu.
Menurutnya, selain perlu mensiasati agar tidak mengalami kerugian dari naiknya harga beras, dirinya juga berharap kepada pemerintah untuk bisa mensubsidi harga beras supaya tetap stabil.
“Memang kenaikan tidak terlalu besar, yakni sekitar Rp. 300 per kilonya. Namun, bagi saya sebagai masyarakat biasa tentu sangat berdampak sekali. Makanya saya harap ke depan atau saat ini kondisi seperti ini bisa ditangani oleh pemerintah,” kata Suk.
Hal senada juga diungkapkan Pungah, pedagang lainnya asal Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari. Ia menyebutkan harga beras biasa di pengusaha penggilingan padi mencapai Rp. 8.300 per kilogramnya dan untuk beras premium sebesar Rp. 8.800 per kilogramnya.
“Dari pedagang seperti saya untuk harga beras biasa dijual Rp. 9000 perkilogramnya dan untuk beras premium sebesar Rp. 9.500 per kilogram. Sementara harga gabah kering mencapai Rp. 5.200 hingga Rp. 5.400 per kilonya atau Rp. 520.000-Rp. 540.000 perkwintalnya,” jelas Pungah.
Kenaikan harga beras dan juga gabah kering yang disebabkan gagal panen akibat musim kemarau dan juga hama wereng. Menurutnya, bila pada musim panen biasanya harga beras maupun padi justru murah. Namun, karena saat ini banyak yang gagal berdampak pada harga beras maupun padi.
“Saya sebagai pedagang hanya mengikuti harga di pasaran saja. Kalau di pasar sedang naik, ya kita ikut naik biar tidak rugi dan sebaliknya,” kata Pungah. (Muhafid/Koran HR)