Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Penentuan arah kiblat bagi kaum muslim menjadi hal yang sangat vital. Selain berkaitan dengan urusan ibadah. Penentuan arah kiblat juga menjadi penting untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat soal perselisihan paham yang kerap terjadi.
Kepala Seksi Penyelenggara Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Kota Banjar, Ahmad Mubarir, mengatakan, pentingnya pemahaman masyarakat untuk mengetahui cara mentukan arah kiblat menjadi perhatian khusus bagi lembaganya yang memang berjibaku di urusan ummat. Apalagi persoalaan perbedaan pandangan soal penentuan arah kiblat terkadang menjadi sesuatu yang rumit untuk diselesaikan.
Melihat masih kurangnya pemahaman soal tersebut, pihaknya berencana akan melatih para guru dan siswa dari berbagai tingkatan untuk mengetahui tata cara penentuan arah kiblat di bulan September-Oktober 2017 mendatang.
“Ini baru rencana untuk membuat pilot project sebanyak 12 lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga SMA. Bukan hanya yang di bawah naungan Kemenag saja, namun di bawah naungan Disdik juga akan kita latih. Setelah digilir oleh kita tiap-tiap sekolah selama waktu itu, nanti kita akan evaluasi untuk ke dapannya,” katanya saat ditemui Koran HR di ruang kerjanya yang saat ini Kemenag Kota Banjar sementara waktu bertempat di MAN Banjar, Selasa (25/07/2017).
Ia menjelaskan, sesungguhnya arah kiblat itu letaknya 25 derajat ke Utara dari arah Barat. Pada kenyataannya, kata dia, masyarakat banyak yang meyakini bahwa arah kiblat itu mengarah ke barat, bahkan ada temuan di lapangan justru condong ke selatan dari arah barat.
“Kalau tidak tahu bukan jadi persoalan lagi. Namun sebaiknya ditanyakan ke yang lebih paham. Makanya, banyak kejadian mushola ataupun masjid, bahkan dalam proses pemakaman itu ada perbedaan-perbedaan yang sangat jelas,” imbuhnya.
Dengan program yang akan dijalankannya itu, sambung Mubarir, generasi muda ke depannya tidak lagi mempersoalkan masalah perbedaan pandangan soal penentuan arah kiblat. Sebab, secara teknis nanti para guru ataupun siswa akan memprektekkan langsung di tengah-tengah masyarakat ataupun digunakan secara pribadi di saat darurat.
“Alatnya untuk latihan nanti kita hanya butuh kompas dan miswala. Meskipun saat ini sudah lebih mudah dengan adanya smartphone untuk kompasnya, akan lebih baiknya nanti kita paparkan sejelas mungkin agar dalam penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh masyarakat tidak lagi menjadi perselisihan,” pungkasnya. (Muhafid/Koran-HR)