Igor Ashurbeyli. Photo : net/ist
Berita Teknologi, (harapanrakyat.com),-
Rupanya negara di antariksa sudah bukan khayalan lagi. Pasalnya, ilmuwan Rusia Dr. Igor Ashurbeyli, rencananya akan membangun negara di luar angkasa dengan nama Asgardia.
Seperti halnya di film Star Trek, konsep Asgardia ini nantinya merupakan sebuah negara yang merdeka, yang beroperasi di antariksa. Asgardia sendiri diambil dari kota mitologi Norse atau ada dalam film Marvel, kota yang dibangun oleh Iron Man pasca runtuhnya kota Asgard.
Berita Terkait : Tahun 2017, Sebuah Negara Independen di Luar Angkasa Diluncurkan
Igor Ashurbeyli menjelaskan, bentuk Asgardia mirip dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional, namun Asgardia memiliki ukuran lebih besar dan megah. “Asgardia dapat menampung kurang lebih 150 juta jiwa,” ucap Igor seperti dilansir Earth Sky.
Siapakah sosok pencetus “ide gila” Asgardia ini? Dikutip dari wikipedia, Igor Ashurbeyli lahir 9 September 1963 di Baku, Azerbaijan. Setelah lulus dari Azerbaijan State Oil Academy tahun 1985, tiga tahun setelahnya dia mendirikan perusahaan konsultan serta perusahaan perangkat lunak dengan nama Socium. Karyawanya pun sampai saat ini sudah ada 10 ribu orang.
Di tahun 1990, Igor pindah ke Moskow Rusia dan dia menjadi tokoh penting di industri sains Rusia. Atas jasanya di bidang sains, Igor mendapat penghargaan State Science and Technology Prize dari UNESCO di tahun 2010.
Tahun 2013, Igor Ashurbeyli membentuk AIRC (Aerospace International Research Center) di Wina, Austria. Dan sampai sekarang ini, Igor masih menjadi Ketua Komite Science of Space UNESCO.
Dari pengalamannya tersebut, tentu Igor Ashurbeyli bukan orang yang baru di dunia industri ruang angkasa. Bahkan saat konferensi di Hong Kong, kepada CNN Igor mengatakan bahwa Asgardia adalah mimpinya sejak kecil.
Kini, dia bersama dengan ahli antariksa dari Rumanis, Kanada, Rusia dan Amerika Serikat sedang merancang dan merampungkan Asgardia. Negara antariksa pertama ini diklaim bisa menampung kurang lebih 1,5 juta jiwa.
Untuk menyelesaikan Asgardia dibutuhkan dana mencapai US$ 100 miliar atau kurang lebih Rp 1331 triliun. (Adi/R5/HR-Online)