Foto: Ilustrasi net/Ist
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ciamis mencatat sudah terdapat 13 temuan kasus HIV/AIDS baru selama bulan Januari sampai Juni 2017. Dari 13 kasus tersebut, diperoleh temuan baru bahwa penderita HIV/AIDS di Ciamis banyak ditemukan di komunitas Lelaki Suka Lelaki (LSL) atau gay.
Kabid Penanggulangan Penyakit Dinkes Ciamis, dr. Yoyo, didampingi Kasi Penyakit Menular Dinkes Ciamis, M. Ivan, mengatakan, temuan kasus HIV/AIDS di Ciamis untuk tahun ini terjadi pergesaran trend yang tahun sebelumnya banyak ditemukan di komunitas heteroseksual, namun kini justru banyak ditemukan di komunitas homoseksual.
“Tahun-tahun kemarin kasus HIV di Ciamis banyak ditemukan di komunitas heteroseksual, seperti ibu rumah tangga atau ibu hamil yang tertular dari suaminya dan ada beberapa dari komunitas pengguna Nafza. Tetapi, untuk tahun ini trendnya berubah, justru banyak ditemukan di komunitas LSL atau homoseksual,” kata Ivan, saat ditemui di kantornya, Selasa (20/06/2017).
Ivan menambahkan, temuan kasus HIV/AIDS di komunitas homoseksual memang tengah meningkat di beberapa kota besar di Indonesia. Gejala ini, lanjut dia, sudah menjadi problem serius yang harus segera mendapat penanganan.
“Gejala ini ternyata sudah sampai ke Ciamis yang notabane sebuah kota kecil. Menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di komunitas homoseksual memang cukup sulit. Karena pergerakan di komunitas ini tertutup dan sulit disentuh,” ujarnya.
Dalam melakukan pembinaannya pun, kata Ivan, sering kali ditemui kendala. Selain sulit dijangkau, komunitas ini pun harus dibina dengan cara tatap muka langsung satu persatu. “Karena kalau komunitas ini dikumpulkan saat melakukan pembinaan, justru akan muncul masalah baru. Soalnya kalau dikumpulkan mereka malah saling mengenal dan berpotensi menyebarkan HIV/AIDS ke sesamanya. Berbeda ketika mengumpulkan PSK atau waria. Mereka tidak akan memiliki ketertarikan seksual satu dengan lainnya. Karena PSK dan waria tidak memiliki ketertarikan kepada sesamanya,” terangnya.
Dengan begitu, kata Ivan, dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS di komunitas LSL sangat sulit. “Tentunya ini problem bersama yang harus dicari solusinya oleh semua pihak,” imbuhnya.
Ivan mengungkapkan, meski trend kasus HIV/AIDS di Ciamis sudah bergeser ke komunitas homoseksual, namun sebagian besar penderitanya tertular saat merantau di luar kota. “Memang ada juga penderita yang tertular di Ciamis. Namun, hal itu pun dipengaruhi oleh kedekatan geografis antara Ciamis dengan Tasik. Karena menurut data yang kami peroleh, penderita yang tertular di Ciamis karena mereka sering beraktivitas atau bergaul di kota Tasikmalaya,” ungkapnya.
Sementara menurut Yoyo, apabila dilihat dari jumlah kasus HIV/AIDS di Ciamis dari tahun ke tahun, belum menunjukan peningkatan yang signifikan. “Kalau ada peningkatan jumlah kasus paling cuma satu atau dua saja. Hanya memang untuk saat ini terjadi pergesaran komunitas kunci saja,” ujarnya.
Menurut Yoyo, dari temuan pertama tahun 2011, jumlah kasus HIV/AIDS di Ciamis sudah mencapai 311 penderita. “Jumlah itupun masih bercampur dengan data kasus di Kabupaten Pangandaran. Ketika Pangandaran menjadi DOB, kami belum melakukan data ulang untuk memisahkan kasus di Ciamis berapa dan Pangandaran berapa. Baru tahun ini akan dilakukan pendataan ulang,” pungkasnya. (Tantan/Koran HR)