Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Melihat fakta sejarah yang sebelumnya dijelaskan Juru Bicara Galuh Sedulur, R. Hanif Radinal, pihaknya justru bertanya-tanya kenapa tim yang menetapkan Hari Jadi Kabupaten Ciamis tidak teliti serta berdasarkan pada Keputusan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang mengganti Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis tahun 1916 M.
“Kompilasi sejarah yang coba dibangun rancu, karena kata Ciamis bukan representatif Galuh. Metode utak atik gatuk (menghubung-hubungkan satu fakta sejarah dengan fakta sejarah lainnya, padahal keduanya tidak berhubungan) dapat membingungkan masyaratkat,” katanya, kepada HR Online, Rabu (03/05/2017).
Menurut Hanif, ketidakjelasan argumentasi ilmiah pada penetapan Hari Jadi Kabupaten Ciamis berdampak ke berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. Dampak psikologis yang dirasakan masyarakat adalah tidak memiliki tokoh yang menjadi panutan dan sumber inspirasi atau sering disebut putra daerah.
“Tokoh dan ketokohannya adalah icon, yang mampu membangkitkan psikologis masyarakat dalam mengangkat nama baik daerahnya,” katanya.
Namun demikian, Hanif menambahkan, budayawan, seniman, kabuyutan dan keturunan yang tergabung dalam Galuh Sadulur tetap gigih mensosialisasikan Galuh kepada masyarakat luas dalam berbagai kesempatan baik lokal maupun nasional. Bahkan kabuyutan-kabuyutan yang tersebar di 200 lokasi tidak mengenal lelah melayani para pengunjung yang datang untuk berziarah.
Sebelumnya, para kabuyutan, nonoman, seniman, budayawan dan keturunan Kerajaan Galuh yang tergabung dalam “Galuh Sadulur” menggelar pertemuan (audiensi) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ciamis, Rabu (03/05/2017). Pertemuan itu membahas soal usulan pengembalian nama Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Galuh. (Deni/Koran HR)
Berita Terkait
“Galuh Sadulur” Temui DPRD, Bahas Tindaklanjut Pengembalian Ciamis menjadi Galuh
Begini Fakta Sejarah Nama Galuh dan Ciamis Menurut Jubir Galuh Sedulur
DPRD Respons Usulan Pengembalian Nama Kabupaten Ciamis Menjadi Galuh