Perwakilan mahasiswa, pelajar, santri, Ormas dan OKP mendeklarasikan anti paham radikalisme dan sikap intoleran, Selasa (23/05/2017). Photo : Deni Supendi/ HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Radikalisme dan intoleransi telah menjadi ancaman nyata dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Konflik antara elemen masyarakat akibat isu SARA terjadi di beberapa daerah menimbulkan kerugian materil, kerusakan harmoni sosial, dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sulit dibantah, diantara kelompok radikal terdapat anasir yang mengimpikan dan memperjuangkan untuk mengganti NKRI yang berlandaskan ideologi Pancasila dengan dasar agama versi mereka. Padahal sebelumnya, para pendiri negara ini memahami bahwa Indonesia yang berpenduduk majemuk merupakan kenyataan yang harus disyukuri, sehingga bersepakat membentuk NKRI dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai alat pemersatu.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Galuh (Unigal), Tumaryo, ketika ditemui HR Online, di sela kegiatan Seminar Wawasan Kebangsaan bertajuk “Membangun Kebersamaan dalam Kemajemukan Bangsa”, Selasa (23/05/2017), di Aula Disdik Ciamis, membenarkan hal itu.
Maryo menuturkan, penetrasi radikalisme dan intoleransi terindikasi telah mempengaruhi kalangan mahasiswa dan pelajar. Untuk menekan praktik intoleransi di lingkungan pendidikan, setiap lembaga pendidikan diwajibkan membuat kegiatan yang bertujuan membangun rasa solidaritas dan tenggang rasa.
Menyikapi kecenderungan itu, kata Maryo, perlu dilakukan upaya pencerahan serta edukasi, diantaranya dengan membangun dan meningkatkan pemahaman mengenai Islam secara utuh dan pemahaman mengenai wawasan kebangsaan.
Senada dengan itu, Ketua Panitia Seminar, Deni Ramdani, menyebutkan, kegiatan tersebut ditujukan untuk membangun pemahaman di kalangan pemuda mengenai adanya penetrasi dan infiltrasi paham radikalisme di masyarakat.
Menurut Deni, situasi demikian berpotensi menimbulkan anti kebhinekaan dan sikap intoleran yang merusak harmoni sosial, stabilitas politik dan mengancam kelangsungan kehidupan berbangsa, bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kegiatan seminar ini melibatkan sekitar 200 orang peserta, meliputi mahasiswa, pelajar, santri, Ormas, Organisasi Kepemudaan,” katanya.
Deni menambahkan, dalam seminar itu pihaknya menghadirkan sejumlah pemateri, diantaranya Rektor Universitas Galuh, Ketua MUI Kabupaten Ciamis, Kapolres Ciamis dan Dandim 0613 Ciamis.
“Pada penghujung acara, kami bersama peserta seminar yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, santri, Ormas dan OKP juga melakukan deklarasi tentang anti paham radikalisme dan sikap intoleran,” katanya. (Deni/R4/HR-Online)