Erik saat menunjukan Kitab Aji Saka dan pakaian Nyi Mas Bageum sebagai bukti peninggalan kesenian Ronggeng Gunung. Photo: Entang Saeful Rachman/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Kepemilikan kesenian tradisional Ronggeng Gunung masih menjadi perdebatan oleh dua Kabupaten, Ciamis dan Pangandaran. Kedua daerah tersebut masih sama-sama bersikukuh saling mengakui bahwa kesenian Ronggeng Gunung adalah milik Pangandaran dan Ciamis.
Meski begitu, Koran HR mencoba menelusuri upaya warga dalam membuktikan asal kesenian tersebut, salah satunya dengan membuka tabir tarian Ronggeng Gunung dalam sebuah kitab yang bernama Damar Wulan.
Erik Krisnayudha, salah seorang budayawan asal Pangandaran, mengatakan, kesenian tradisional tarian Ronggeng Gunung termaktub dalam Kitab Damar Wulan atau yang dikenal Kitab Aji Saka. Menurutnya, bahan kitab tersebut terbuat dari bahan kapas yang dibentuk kertas. Sedangkan untuk tintanya terbuat dari buah harending serta penanya terbuat dari Sulangkar.
“Memang kesenian tradisional ini sudah sangat familiar di kalangan masyarakat. Selain sudah terbiasa tampil pada kegiatan masyarakat maupun pemerintahan, tetap saja Ronggeng Gunung menjadi primadona warga Pangandaran,” jelasnya kepada Koran HR, Selasa (07/02/2017) lalu.
Selain menunjukan Kitab Aji Saka kepada Koran HR, Erik mengajak ke sebuah tempat keramat yang bernama Keramat Jambu Handap yang diyakini salah satu tempat penyimpanan seperangkat perlengkapan kuno kesenian Ronggeng Gunung. Menurutnya, peninggalan tersebut merupakan bukti dari pencipta Ronggeng Gunung, yakni Nyi Mas Bageum.
Sementara itu, Ceceng, kuncen Keramat Jambu Handap, mengatakan, bahwa dahulu kesenian Ronggeng Gunung dipimpin oleh Ki Raksa Dipa yang juga sebagai pemain kendang pada tahun 1200 masehi.
“Kesenian Ronggeng Gunung sangat jelas tertuang dalam Babad Jambu Handap yang dituangkan dalam kitab yang menggunakan tulisan sunda pegon. Sedangkan tokoh penulisnya adalah Sabda Jaya atau Eyang Gedeng Mataram, Mbah Sangupati dan Mbah Sutapati,” ungkapnya kepada Koran HR.
Dalam penjelasannya, Ceceng menerangkan perlengkapan ronggeng tersebut diantaranya Gong Beunde, 1 unit bonang ketuk penclon yang diantaranya bonang barang dengan nada da, peneulu dengan nada na dan beum dengan nada ti.
Selain menunjukan peralatan tersebut, Ceceng juga menujukan pakaian yang digunakan Nyi Mas Bageum berupa dodot samping seperti ikeut sarung karembong kabaya dan sampur.
“Jadi, saya maupun dr. Erik menginginkan hak paten status kepemilikan Ronggeng Gunung merupakan kesenian asal dan lahir dari Pangandaran. Sebab, secara historis maupun fakta sejarah, di Pangandaran masih ada dan terjaga dengan baik,” tegasnya. (Ntang/R6/Koran HR)