Ilustrasi. Photo : Ist/ Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kehadiran Koperasi Rukun Batik di Jalan Jenderal Soedirman Ciamis, cukup menjadi bukti sejarah yang menggambarkan eksistensi produksi batik Ciamisan. Sedikitnya 500 orang perajin pernah tercatat menjadi anggota Koperasi Rukun Batik.
Sayangnya, seperti dilansir dari Buku Ciamis Kiwari, era keemasan yang diraih dalam rentang waktu tahun 1960 hingga 1980 itu mulai pudar. Tersisa beberapa orang perajin yang tetap setia menjaga warisan produk nenek moyang tersebut.
Perubahan ekonomi yang tidak menguntungkan para perajin batik di Ciamis, puncaknya terjadi saat krisis moneter (krismon) yang melanda tanah air pada tahun 1997. Kondisi itu memaksa ratusan perajin menghentikan kegiatan usahanya.
Namun karena sudah terbatas, produk batik Ciamisan yang terpusat di kampung Ciwahangan, Desa Banagara, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis ini menjadi produk langka. Inovasi-inovasi unik yang tak meninggalkan masih tetap diproduksi. Hanya memang produksinya tak mampu lagi dilakukan secara masal.
Para perajin hanya memproduksi ketika ada pesanan yang datang. Berbagai inovasi masih tetap dilakukan, sehingga muncul batik Ciungwanara dan Galuh Pakuan yang kini paling diburu penggemar kain batik dimanapun.
Terlebih, hampir setiap produk yang dihasilkan merupakan karya menarik yang tergolong merupakan edisi terbatas alias limited edition. Meski demikian, harga yang ditawarkan tetap sangat bersahabat yakni di kisaran Rp 80 ribu sanpai ratusan ribu rupiah. (Deni/R4/HR-Online)