Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Koordinator Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Pangandaran, Ade Ajat Sudrajat, mengungkapkan, bahwa kemiskinan yang ada di Kabupaten Pangandaran secara internal disebabkan oleh faktor dari kemiskinan struktural. Sedangkan kemiskinan dari eksternal, disebabkan akibat bencana alam serta musibah lainnya.
Menurut penjelasannya, secara teori, kemiskinan terjadi lantaran faktor internal, yakni struktural dan karena kondisional. Artinya, kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang terjadi secara turun temurun. Sedangkan kemiskinan kondisional disebabkan oleh kondisi kondisi keterpurukan seseorang karena bangkrut secara ekonomi maupun oleh faktor eksternal.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kemensos RI, kata Ade, PKH Kabupaten Pangandaran mendapatkan angka jumlah kepala keluarga (KK) yang miskin sebanyak 24.356 KK yang meliputi 117.000 jiwa dan tersebar di 93 desa di 10 kecamatan yang ada di Pangandaran.
“Dari angka kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Pangandaran, rata-rata disebabkan oleh faktor internal, yakni kemiskinan struktural yang terjadi secara turun temurun,” jelas Ade Kepada Koran HR, Selasa (10/1/2017) lalu.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, sambungya, PKH membantu menanggulangi kemiskinan di Pangandaran sebanyak 8.462 KK yang merupakan peserta PKH. Dari 42 kader PKH, masing-masing melakukan pendampingan rata-rata sebanyak 250 KK.
Selain mendampingi ribuan peserta PKH, Ade menegaskan pihaknya bertanggungjawab dalam merubah pola pikir masyarakat dengan cara memberikan perlindungan melalui pendampingan bidang pendidikan maupun kesehatan yang rutin dilakukan melalui pertemuan peningkatan kapasitas keluarga (P2K2).
“Bidang kesehatan, contohnya kita melakukan pendampingan dan monitoring ibu hamil dan balita agar giat mengikuti Posyandu. Sementara bidang pendidikan, kita monitoring kegiatan pendidikan di sekolah peserta PKH sesuai data yang ada,” paparnya.
Lebih jauh Ade menjelaskan, perubahan pola pikir masyarakat peserta PKH dalam melanjutkan pendidikan dari tahun 2015 ke tahun 2016 untuk melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP naik hingga 95 persen. Sedangkan pola pikir melanjutkan dari SMP ke SMA juga mengalami kenaikan hingga 80 persen.
“Dengan meningkatnya angka minat melanjutkan pendidikan, secara otomatis akan berpengaruh pada putusnya mata rantai kemiskinan,” tegasnya.
Sementara berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Pangandaran tahun 2016, jumlah angka kemiskinan di Kabupaten Pangandaran tercatat sebanyak 30.418 jiwa. Data tersebut berdasarkan rekap data estimasi capaian indikator Kabupaten Pangandaran yang menerangkan angka kemiskinan pada akhir 2016 lalu mencapai 7,70 persen dari jumlah penduduk sebanyak 400.428 jiwa. (Mad/R6/Koran HR)
