Ilustrasi Abon Sapi
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Berbagai macam merek abon kini banyak membanjiri pasar. Namun abon racikan warga Kampung Rancapetir, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tak lekang dimakan waktu. Sejak 1970an, abon ini diolah dengan resep tradisional serta pengolahan yang dipertahankan sejak lama.
Untuk mempertahankan kepercayaan konsumen, proses pembuatan abon di Kampung Rancapetir ini bahkan bisa disaksikan secara langsung oleh calon pembeli. Mereka meyakinkan bahwa abon yang diproduksi memiliki kualitas lebih baik dibandingkan produk lain yang sejenis di pasaran.
Dilansir dari Buku “Ciamis Kiwari”, proses produksi abon oleh perajin Rancapetir ini hampir semuanya dilakukan secara manual dengan resep yang dipertahankan sejak dulu. Setelah direbus di dalam tungku dengan bahan bakar kayu, daging sapi kualitas super yang jadi pilihan kemudian ditumbuk dengan alu hingga halus.
Tidak hanya kualitas daging sapi yang dipertahankan, melainkan juga pemilihan kayu bakar yang digunakan untuk merebus daging juga pilihan. Perajin menggunakan kayu bakar dari pohon mahoni.
Ini dianggap penting karena tungku kayu bakar dari pihon mahoni memiliki nyala api yang besar, merata dan menyebar. Api yang menyebar ini akan membuat proses pematangan daging berlangsung sempurna serta mampu mengeluarkan ini rasa daging. Proses yang sama tidak akan terjadi jika daging dimasak dengan menggunakan kompor gas atau kompor minyak.
Begitu pula dengan proses menumbuk daging dengan alu (halu) untuk melumatkan daging menjadi abon. Cara tradisional ini cukup menguras energi dan memakan waktu karena daging sebetulnya bisa saja dilumatkan dengan cara digiling menggunakan mesin.
Namun ada alasan penting dibalik mempertahankan cara tradisional tersebut. Dengan ditumbuk, maka abon yang dihasilkan akan tetap mempertahankan serat alami daging. Berbeda jika digiling karena serat abon akan hancur dan menjadi kusut.
Makanan khas dari Rancapetir ini mulai diproduksi pada awal tahun 1970an oleh H. Iming. Bisnisnya kemudian diteruskan Hj. Ombah dan anak-anaknya hingga saat ini. Sukses yang diraih Hj. Ombah telah membuat beberapa warga lainnya mengikuti jejak mereka.
Dalam sehari, sedikitnya 50 kilogram abon bisa terjual ke pasaran. Sejumlah warga dari luar daerah di Jawa Barat acapkali memborong abon produksi Rancapetir, terutama menjelang perayaan Idul Fitri sebagai makanan special nan nikmat.
Untuk menikmati abon berkualitas dari Rancapetir ini memang sepdan dengan uang yang harus dikeluarkan. Satu kilogram abon yang tak dicampur dengan bawang dibandrol dengan harga Rp. 280 ribu. Sedagkan abon yang dicampur bawang Rp 260 ribu perkilogram. (Deni/R4/HR-Online)