Bumi Alit Panjalu Ciamis
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Bumi Alit merupakan sejenis museum yang dijadikan tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Panjalu. Di Bumi Alit ini terdapat pedang pusaka yang diberikan Sahabat Rasululloh, Sayyidan Ali RA, kepada Prabu Sanghyang Borosngora. Selain pedang, terdapat juga pusaka lain seperti cis semacam dwisula, keris, kujang, gong kecil, bangbareng dan lainnya.
Letak Bumi Alit dari Situ Lengkong Panjalu berjarak sekitar 500 meter. Bumi Alit awalnya dibangun oleh Prabu Rahyang Kancana di Dayeuh Nagasari, Ciomas, sebagai tempat penyimpanan pusaka peninggalana Prabu Sanghyang Borosngora. Bumi Alit sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang berarti rumah kecil.
Pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Wirapraja, tepatnya akhir abad XVII, bangunan Bumi Alit direlokasi ke Dayeuh Panjalu. Relokasi itu berbarengan dengan perpindahan kediaman Bupati Tumenggung Wirapraja ke Dayeuh Panjalu. Dan Pasucian Bumi Alit saat ini terletak di Kebon Alas, Alun-alun Panjalu.
Awalnya, Pasucian Bumi Alit merupakan taman berlumut yang dibatasi dengan batu-batu besar dan dikelilingi pohon waregu. Bangunan Bumi Alit sendiri berbentuk mirip leuit atau lumbung padi tradisional masyarakat sunda. Rangkanya terbuat dari bambu dan kayu berukir dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan beratap ijuk,
Pada saat pendudukan Jepang (1942-1945), benda-benda pusaka yang tersimpan di Bumi Alit dipindahkan sementara ke kediaman R. Hanafi Argadipraja, sesepuh keluarga Panjalu, cucu Raden Demang Alda Kusumah, di Kebon Alas Panjalu.
Ketika pecah pemberontakan DII/ TII (1949-1962), para pemberontak sempat merampas benda-benda pusaka dari Bumi Alit. Pusaka-pusaka tersebut kemudian ditemukan kembali oleh TNI di gunung Sawal. Selanjutnya, penemuan itu diserahkan kepada R. Hanafi Argadipraja, kecuali pusaka Cis yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Pada tahun 1955, Bumi Alit dipugar oleh R. H. Sewaka, sesepuh Panjalu yang juga mantan Gubernur Jawa Barat (1947-1948, 1950-1952). Hasil pemugaran itu menjadikan bentuk bangunan Bumi Alit seperti saat ini, yaitu berbentuk campuran masjid jaman dulu dengan bentuk modern, beratap susun tiga. Di pintu masuk terdapat patung ular bermahkota. Dan di pintu gerbang terdapat patung kepala gajah.
Saat ini, pemeliharaan Bumi Alit dilakukan oleh Pemerintah Desa Panjalu yang terhimpun dalam “Wargi Panjalu”. (Deni/R4/HR-Online)
Sumber : Buku “Ciamis Kiwari”