Evi menunjukan Weeding Cake hasil buatannya. Photo: Istimewa.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Saat waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, seorang wanita bernama Evi Nur Indah Sari (25), warga RT.02, RW.01, Dusun Citangkolo, Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, mulai sibuk mempersiapkan pesanan weeding cake yang akan diambil pada pagi harinya.
Menggunakan alat seadanya, satu per satu bebagai macam kue pernikahan disiapkan untuk diolah sendiri tanpa bantuan orang lain. Meski kerepotan, Evi sangat menikmati pekerjaan sampingannya, selain menjadi ibu rumah tangga.
“Saya semalaman tidak tidur hanya untuk membuat kue pesanan pernikahan,” ujarnya kepada Koran HR, Selasa (08/11/2016) lalu.
Sekitar 4 tahun lalu, dirinya sudah memulai mencoba membuat makanan kue kering yang terinspirasi dari orang tuanya yang selalu membuat kue pada saat Lebaran tiba. Berbekal pengetahuan saat turut membantu orang tua di dapur, hari-harinya dihabiskan menekuni dunia kue.
Ketika suatu saat hasil buatannya mendapat pengakuan tetangganya, dari mulut ke mulut kue buatan Evi semakin diburu warga maupun teman dekatnya. Menurut dia, pembeli sekarang itu macam-macam permintaannya. Apalagi adanya dunia internet yang menyediakan berbagai informasi tentang kue secara lengkap. Sehingga, dirinya pun terdorong untuk mengikuti perkembangan.
Bermodalkan keberanian, Evi mulai meminjam peralatan untuk membuat kue ke tetangga. Meski dengan penuh rasa iba dan penuh beban selalu meminjam ke tetangga, Evi mulai menyicil hasil jerih payahnya untuk membeli peralatan pendukung.
Dari mulai titik nol itulah dirinya membuat berbagai kue basah pesanan dari pembelinya. Menggunakan fasilitas media sosial seperti Facebook dan Blackberry Messenger, ia kebanjiran order dari pemesan. Bahkan, hingga Tasikmalaya pun ia ladeni.
“Saya juga ikut latihan dalam seminar yang diselenggarakan oleh teman-teman pecinta kue di group Facebook yang menghadirkan ahlinya, chef. Tapi sekarang sudah jarang karena resep dari mereka kurang diminati oleh masyarakat di desa,” jelas ibu beranak satu itu.
Kue pernikahan yang dibanderol mulai Rp. 150 ribu hingga Rp. 300 ribu, Evi mengaku harga tersebut sudah cukup kembali modal serta laba untuk simpanan keluarganya. Bahkan, percobaan membuat Pizza yang dibanderol dengan harga Rp. 20 ribu hingga Rp. 35 ribu pun langsung diburu pelanggannya.
“Permintaan membuat Pizza bisa sampai 20 loyang setiap hari. Karena saya alatnya masih seadanya, paling bisa melayani 2 loyang saja. Sebab, pesanan yang lain sudah menumpuk. Kalau lebaran saya 1 bulan sebelum puasa sudah kebanjiran pesanan hingga malam takbir tiba,” paparnya.
Selain usaha membuat kue yang juga menjadi hobi dirinya, berkat jerih payahnya dan kerjasama dengan saudaranya, kini Evi tengah membuat terobosan baru akan menjual produk Rujag Gebrak yang akan mangkal di wilayah Pasar Langensari. Meski belum mendapatkan karyawan untuk produk barunya, ia optimis bisa mendapatkan rizki melalui hobi yang ditekuninya.
“Alhamdulillah hobi saya membawa rezeki. Walaupun kadang saya berpikir bagaimana caranya melengkapi peralatan yang masih sangat kurang, tapi saya yakin suatu saat permintaan pembeli bisa terlayani semua,” pungkasnya. (Muhafid/Koran HR)