Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Proyek pelebaran jalan sekaligus pemasangan gorong-gorong dan trotoarisasi di sepanjalang jalan antara Prapatan Kidul (Parkit) sampai Pasar Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, resahkan warga setempat. Pasalnya, pengerukan parit dan jalan tidak dibarengi dengan pembangunan titi atau jalan alternatif untuk menghubungkan ke rumah warga maupun ke jalan gang masuk lingkungan.
Baca juga: Kualitas Matrial Proyek Jalan Margajaya Ciamis ‘Disorot’
Menurut Wawan Budianto, warga setempat, bahwa proses pengerjaan kedua proyek tersebut yang waktu pelaksanaanya bersamaan sangat meresahkan warga. Melihat kondisi yang ada, pengerjaan proyek itu seolah tidak beraturan.
“Coba lihat, pengerukan parit dan jalan dengan lebar sekitar 2 meter terkesan dibiarkan oleh pemborong, tanpa memperhatikan akses ke rumah warga yang sebelumnya dibongkar. Sehingga, akses jalan warga jadi tertutup atau aktivitas sehari-hari terganggu,” tuturnya, kepada Koran HR, Senin (10/10/2016) lalu.
Bahkan, lanjut Wawan, belum lama ini ada warga yang mengalami kecelakaan akibat sepeda motornya terpeleset saat hendak keluar dari jalan gang di lingkungannya menuju ke jalan raya.
Baca juga: Progres Proyek Pasar Muktisari Banjar Capai 22 Persen
Bukan itu saja, pengerjaan proyek tersebut juga mengganggu para pemilik toko maupun konsumennya, karena mereka harus melompati lobang pengerukan jalan. Parahnya, bagi pemilik mobil terpaksa harus memarkir kendaraannya di bagian badan jalan atau pada tempat lain yang sekiranya aman, sebab mobil mereka tak bisa masuk ke pelataran rumahnya.
Menurut Wawan, selain pelaksana proyek tak membangunkan jalan alternatif, juga pengerukan parit dan pengerukan untuk pelebaran jalan dilakukan keseluruhan secara bersamaan.
Harusnya pengerjaannya itu dilakukan separo-separo atau yang sudah digali ditutup kembali secepatnya. Saya minta OPD terkait untuk turun ke lapangan melihat cara kerja pelaksana proyek, dan pelaksana proyek diminta agar memperhatikan akses jalan warga.
“Warga di sini sangat mendukung program pembangunan, namun janganlah proyek pelebaran jalan, serta proyek lainnya di area ini menguntungkan sepihak,” tukas Wawan.
Sementara itu, Yono, pemilik bengkel motor di jalan tersebut, mengeluhkan lambatnya penutupan galian pelebaran jalan yang terkesan hal itu sebagai pembiaran. Dirinya juga mempertanyakan soal pembuatan jalan alternatif. “Terus terang pelanggan saya yang mau servis kendaraan motornya susah masuk ke bengkel. Lalu, apakah warga yang harus membuat titi sendiri. Bukankah hal itu merupakan tanggung jawab pihak kontarktor,” tanya Yono. (Nanks/Koran HR)