Pasukan pengibar bendera (Paskibra) Kabupaten Pangandaran, secara bergantian membentangkan bendera merah putih dalam upacara peringatan HUT RI ke-71 di Alun-alun Parigi. Photo: Madlani/HR.
Berita Pangandaran, (haraanrakyat.com),-
Upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 tahun 2016 yang digelar Pemerintah Kabuaten Pangandaran, Rabu (17/08/2016), di Alun-alun Parigi, pada pelaksanaan pengibaran bendera merah putih yang dilakukan Paskibra berjumlah 38 orang diwarnai insiden tali penarik bendera putus setelah bendera berhasil dikibarkan.
Sontak saja inseden tersebut menimbulkan kegaduhan. Setelah insiden itu terjadi, petugas pengibar bendera terus membentangkan bendera merah putih secara bergantian hingga berjam-jam sampai upacara selesai.
Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Pangandaran, Rizal Qudrotulloh, mengatakan, insiden putusnya tali penarik bendera terjadi saat petugas pengibar bendera hendak melilitkan tali ke tiang bendera.
“Kalau secara teknis dari mulai persiapan sejak latihan hingga pelaksanaan telah kami persiapkan secara matang. Terjadinya putus tali penarik bendera tersebut diduga akibat alat pengait yang menghubungkan tali dengan bendera tidak kuat, sehingga setelah bendera berkibar talinya terputus,“ terangnya.
Menurut Rizal, mungkin saja hal ini terjadi lantaran adanya cuaca alam, dimana semalaman hujan deras disertai angin kencang, sehingga pada saat bendera berkibar dengan kencang, alat penyambung ke tali tidak bisa menahannya.
“Kalau melihat persiapannya saya yakinkan sudah siap, tetapi mungkin pengait pada bendera putus, jadi putuslah tali penarik benderanya,” ungkap Rizal.
Salah satu anggota PPI angkatan tahun 1993, Agus, juga menyesalkan insiden putusnya tali penarik bendera saat upacara HUT RI. Sebagai orang yang pernah menjadi pasukan pengibar bendera, dirinya merasa kecewa karena Paskibraka terkesan disepelekan.
Menurut Agus, seharusnya bendera merah putih yang akan dikibarkan tiap tahun itu harus diganti, dan itu sudah satu paket anggaran yang dikeluarkan oleh pihak pengguna anggaran. Untuk itu, dirinya mempertanyakan kenapa pada upacara HUT RI kali ini masih memakai bendera tahun 2013. Karena dirinya tahu persis selalu ikut dalam memantau kegiatan Paskibraka di Kab Pangandaran.
“Saya tahu persis karena selalu ikut memantau kegiatan Paskibra. Ada anggaran itu buat apa, seharusnya semua dicek dan diganti karena ada dalam kebutuhan anggarannya. Ini yang menjadi kelalaian dari pihak pengadaan sarana dan prasarana Paskibra setingkat kabupaten,” ujar Agus.
Sementara itu, Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, menyayangkan atas terjadinya insiden tersebut. Bahkan, dirinya mengaku tidak bisa ngomong apa-apa karena memang sudah terjadi. Padahal menurutnya, semua persiapan upacara sudah dicek oleh bagian protokol.
Jeje menduga, putusnya tali penarik bendera karena anak-anak Paskibra terlalu bersemangat. Meski begitu, insiden tersebut tidak mengurangi rasa khidmat. Dirinya pun berharap kejadian ini tidak lagi terulang dikemudian hari.
“Anak-anak Paskibra ini luar biasa. Kasihan mereka dilatih dan dikarantina selama 10 hari dengan serius. Memang kami juga sempat kecewa terhadap kejadian ini, namun meski begitu tidak mengurangi khidmat untuk terus melaksanakan upacara HUT RI ke-71, dan seluruh peserta upacara bisa mengikuti hingga selesai pelaksanaannya,” kata Jeje.
Dia juga menjelaskan, terkait pengadaan sarana dan prasarana kelengkapan Paskibra ini, dinas teknisnya ada di Disdikbudpora. Bahkan anggarannya pun paling besar. Harusnya hal itu menjadi perhatian yang sangat penting dan bisa memprioritaskan mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.
“Tidak ada alasan kalau terkait masalah anggaran, dinas terkait harusnya merencanakan. Mereka yang tahu mana yang penting dan mana yang tidak penting. Saya juga kecewa karena baju seragamnya jelek, harusnya untuk penyemangat jangan asal-asalan. Nanti kepala dinasnya akan dievaluasi,” tandas Jeje. (Madlani/R3/Koran-HR)