Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Dede Irfan Hilmi (26), salah satu dari 4 ABK kapal asal Indonesia, yang sempat disandera selama 28 hari di tangan pasukan bersenjata yang berafiliasi ke kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina, akhirnya kini dipertemukan kembali dengan orangtuanya.
Orangtua Dede yang juga warga Dusun Cisempu RT 08/RW 03 Desa Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran ini, langsung melepas rindu dengan anaknya yang sempat membuatnya cemas. Dede dipertemukan dengan orangtuanya di salah satu hotel di Jakarta, Jum’at (13/05/2016).
Juru Bicara Keluarga Dede, Dadang, ketika dihubungi HR Online, via telepon selulernya, Jum’at (13/05/2016) malam, mengatakan, setelah diterbangkan dari Filipina dan tiba di Jakarta pada Jum’at (13/05/2016) siang, Dede langsung dipertemukan dengan keluarganya di sebuah hotel.
“Pihak perusahaan memfasilitasi hotel untuk tempat pertemuan Dede dengan keluarganya. Jadi, saat ini Dede sudah diserahkan ke pihak keluarganya,” katanya.
Dadang menambahkan, meski disandera oleh kelompok pemberontak bersenjata selama 26 hari di Filipina, namun kondisi Dede tampak sehat seperti biasanya. Saat dirinya berbicara dengan Dede pun, kata dia, mengaku tidak pernah mendapat perlakuan kasar dari para penyandera.
“Bahkan, kata Dede para panyandera memperlakukannya sangat baik. Mereka tidak pernah melakukan penyiksaan atau kekerasan terhadap sanderanya. Malahan Dede mengaku selama di tempat penyaderan diberi makan yang sangat layak,” katanya.
Bahkan, untuk memastikan pengakuan Dede, lanjut Dadang, pihak keluarga sempat memeriksa tubuh Dede. Hal itu untuk memastikan apakah ada bekas luka di tubuhnya. “Ternyata di seluruh tubuh Dede memang tidak ada luka apapun,” ujarnya.
Hanya, lanjut Dadang, Dede mengaku sempat cemas dengan keselamatannya selama dalam penyanderaan. Karena, selama 26 hari, Dede dan tiga rekannya sering dibawa berpindah-pindah tempat oleh para penyandera. “Jadi, Dede tidak disandera di suatu tempat, melainkan sering berpindah-pindah tempat. Dede pun mengeluh cape selama disandera, karena seringnya berpindah-pindah tempat,” ungkapnya.
Menurut Dadang, Dede dan tiga rekannya diserahkan oleh penyandera ke tangan tim negosiator di perairan laut Filipina dengan menggunakan kapal laut. Setelah itu, Dede dan rekannya dibawa oleh helikopter dari Filipina ke Tarakan Kalimantan. “Dari Tarakan baru dibawa ke Jakarta dengan menggunakan pesawat boeing,” ujarnya. (Ntang/R2/HR-Online)