Jenazah Ny. Parsilah (50), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang juga warga Dusun Cibodas RT 16/RW 04, Desa Cintaratu, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, saat akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum setempat, Rabu (04/05/2016). Foto: Muhafid/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Nasib malang menimpa Ny. Parsilah (50), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang juga warga Dusun Cibodas RT 16/RW 04, Desa Cintaratu, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis. Dia meninggal dunia saat bekerja di Arab Saudi pada 3 April 2016 lalu. Proses pemulangan ke tanah air pun memakan waktu sebulan. Jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 17.45 WIB, Rabu (04/05/2016).
Menurut informasi dari pihak keluarga, Parsilah meninggal akibat penyakit kanker payudara. Upaya pengobatan di salah satu rumah sakit di Arab Saudi pun sudah dilakukan. Selama 2 minggu sempat dilakukan tindakan medis di rumah sakit, namun ternyata tidak membuahkan hasil.
“Pengobatan sudah dilakukan beberapa kali, namun yang terakhir selama 2 minggu di rumah sakit di Arab Saudi. Ternyata Tuhan berkhendak lain memanggil Parsilah,” ujar Suyono, pihak keluarga, kepada HR Online, di rumah duka.
Suyono menceritakan, Parsilah sudah lama bekerja di Arab Saudi atau sekitar 19 tahun. Selama merantau, dia hanya pulang satu kali ke tanah air. Sementara itu, dia hanya memiliki 1 anak perempuan yang sudah berumah tangga. “Parsilah meninggal satu bulan yang lalu. Keluarga hanya bisa pasrah dengan musibah ini. Semoga diberikan tempat terbaik di sisi-Nya,” imbuhnya.
Beredar kabar di masyarakat setempat, bahwa proses pemulangan jenazah dari bandara hingga rumah duka memakan biaya yang sangat besar, yakni sekitar Rp. 7 juta. Biaya sebesar itu digunakan untuk membayar penarikan jenazah di bandara sebesar Rp. 2 juta dan untuk biaya ambulance Puskesmas Sidaharja, Kecamatan Lakbok sebesar Rp. 5 juta.
“Kami tidak mempermasalahkan banyaknya uang yang harus dikeluarkan, walaupun memang tidak masuk akal. Jenazah bisa sampai ke rumah duka pun kami sudah merasa lega. Padahal Parsilah melalui jalur resmi, tapi ya sudahlah,” lirih Suyono. (Muhafid/R2/HR-Online)