Ibunda Dede, Juju Juhana, saat memperlihatkan foto anaknya yang kini tengah disandra kelompok teroris Abu Sayaf di Filipina. Foto: Entang Saeful Rachman/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Empat Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina, ternyata salah satunya adalah warga Dusun Cisempu RT 08/RW 03 Desa Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran. Dia adalah Dede Irvan Hilmi (26), seorang lulusan akademi pelayaran yang sudah tiga tahun bekerja di perusahaan kapal niaga di Kalimantan.
Seperti dikutip salah satu media online nasional, insiden pembajakan terhadap kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi, terjadi pada Jumat (15/04/20016), pukul 18.31 waktu setempat. Saat itu, kedua kapal dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan, Kalimantan Utara. Dalam insiden itu pun terjadi penembakan yang dilakukan kelompok teroris Abu Sayyaf kepada salah seorang ABK kapal Indonesia. Sementara 4 ABK lainnya, termasuk Dede Irvan Hilmi, diculik kelompok teroris.
Kabar penculikan ini ternyata sudah sampai ke telinga keluarga Dede di Cimerak Pangandaran. Ono Suharno, orangtua Dede, mengaku terpukul dan kaget ketika mendapat kabar tersebut.
“Kami menerima kabar tersebut hari Sabtu (16/04/2016) sekitar pukul 00.30 WIB. Waktu itu ada telepon dari orang yang mengatasnamakan dari PT Global Batu Batubara Kalimantan. Perusahaan itu tempat Dede bekerja. Orang yang menelpon memberikan kabar bahwa anak saya diculik oleh teroris di Filipina saat tengah melaut,” katanya, saat ditemui Koran HR, di rumahnya, Selasa (19/04/2016).
Ono berharap pihak pemerintah RI agar bisa menyelamatkan anaknya dan seluruh ABK kapal lainnya yang kini tengah disandera. “Kami sekeluarga selalu berdoa semoga anak saya selamat dan bisa dilepaskan oleh para teroris,” katanya.
Sementara itu, ibunda Dede, Juju Juhana, hanya bisa menangis saat sejumlah awak media memintai keterangannya. Menurut Ono, istrinya sangat terpukul setelah mendengar anaknya diculik teroris. “Sudah beberapa hari ini istri saya sering menangis apabila ingat Dede. Dia khawatir dengan kondisi Dede saat ini,” katanya.
Ono juga mengungkapkan, sekitar dua minggu sebelum terjadi insiden pembajakan, anaknya sempat pulang ke Cimerek. Saat itu, kata dia, Dede pulang kampung karena neneknya meninggal.
“Setelah itu, Dede kembali lagi ke Kalimantan untuk kembali bekerja. Sebelum pamitan Dede sempat bercerita bahwa dia akan berlayar ke Filipina. Dan dia pun meminta doa restu kepada kami orangtuanya,” katanya.
Saat sampai di Kalimatan, kata Ono, anaknya pun memberikan kabar melalui telepon. Waktu itu, Dede kembali meminta doanya kepada keduanya orangtuanya agar diselamatkan dalam perjalanan laut ke Filipina. “Anak saya rajin nelpon memberikan kabar apabila berada di perantauan. Dia pun sering menanyakan kondisi keluarga di sini,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Kepala Desa Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Dadang, mengatakan, Dede mulai bekerja di perusahaan pelayaran pada tahun 2013. Saat itu, lanjut dia, Dede baru saja selesai menempuh pendidikannya di Akademi Pelayaran Niaga Tangerang. “Setelah lulus dari pendidikan pelayaran, dia langsung bekerja,” katanya.
Dadang yang masih kerabat dengan keluarga Dede, mengaku sering berbincang dengan Dede apabila dia pulang ke kampung halamannya. “ Dia anak pintar. Dan karier di perusahaannya pun cukup bagus,” katanya. (Ntang/Koran-HR)