Ilustrasi. Photo : Ist/ Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Petugas kesehatan dari Puskesmas Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kini tengah gencar melakukan sosialisasi pencegahan penyakit (Difteri) kepada para kader PKK di setiap desa.
Dokter Puskesmas Kertahayu, dr. Raden Yudha Dodong Hudaya, kepada Koran HR Selasa (26/04/2016), mengataka, sosialisasi mengenai penyakit difteri memang harus lebih gencar dilakukan. Menurutnya difteri adalah salah satu penyakit yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa.
“Virus Difteri biasanya menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan. Dan terkadang dapat juga memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Di Kabupaten Ciamis saat ini sudah ada enam kasus yang terserang penyakit ini dan dua diantaranya meninggal dunia. Rata-rata penyakit ini menyerang anak-anak dengan ciri awal mengalami demam tinggi,” katanya.
Yudha menjelaskan, Difteri disebabkan oleh dua jenis bakteri, yaitu Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans. Masa inkubasi (saat bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul) penyakit ini umumnya berlangsung dua hingga lima hari.
Gejala-gejala yang mengindikasikan penyakit ini meliputi terbentuknya membran abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel. Demam dan menggigil, Sakit tenggorokan dan suara serak. Sulit bernapas atau napas yang cepat. Pembengkakan kelenjar limfa pada leher. Lemas dan lelah. Hidung beringus.
“Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang berdarah, jika hal tersebut sudah terlihat, maka segera periksakan diri ke dokter. Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi,” katanya.
Selain serangannya sangat cepat, kata Yudha, penyebaran (penularan) bakteri difteri dapat terjadi dengan mudah. Dan yang utama adalah melalui udara saat seorang penderita bersin atau batuk. Beberapa metode penularan lain yang perlu diwaspadai antaralain melalui barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, sentuhan langsung pada bisul akibat difteri di kulit penderita.
“Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga. Kontak langsung dengan hewan-hewan yang sudah terinfeksi misalnya sapi, meminum susu yang belum melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi,” katanya. (Suherman/Koran-HR)