Berita Teknologi, (harapanrakyat.com),-Facebook mencatat, berdasarkan data terakhir pengguna WhatsApp di seluruh dunia jumlahnya kini sudah hampir 1 miliar orang. Diantara jumlah tersebut, ada beberapa pengguna yang ketagihan WahtsApp.
Menurut Mashable (11/11/2015), pengguna yang tak bisa hidup tanpa aplikasi chatingan tersebut memiliki 10 tanda-tanda khusus, diantaranya;
- Tak ingat berapa jumlah grup chatting yang diikutinya.
- Terlalu banyak grup yang dibuat, meski hal itu tidak terlalu penting.
- Walaupun sedang bersama teman, keluarga atau pacar, tapi salalu rajin mengecek update status di WhatsApp.
- Kelar unggah video, photo, gambar atau quote.
- Merasa gelisah ketika pesan sudah di ‘Read’ namun belum dibalas-balas.
- Senang sekali ganti Photo profil tiap hari.
- Chatting diisi penuh emoji.
- Pertama yang dilakukan saat bangun adalah membuka WhatsApp.
- WhatsApp juga menjadi aplikasi terakhir yang diperiksa sebelum tidur.
- Sering ditegur atau bahkan dibentak orang lain akibat buka WhatsApp.
Nah, bila 10 tanda kecanduan WahtsApp itu kamu alami, maka hal pertama yang mungkin perlu dilakukan kamu adalah jujur terhadap diri sendiri. Walau sepele, tetapi banyak orang yang tidak mau mengakui kalau dirinya ketagihan WhatsApp.
Anda juga perlu tahu, bahwa kecanduan WhatsApp atau jejaring sosial lainnya, dapat membuat kita terisolasi dari lingkungan, serta telah melewatkan kegiatan lain yang dinilai lebih bisa mengembangkan diri.
Untuk itu, Anda dapat mencoba mencari sumber kecaduan lain selain WhatsApp. Disarankan pula kecanduan lain itu yang tidak berhubungan dengan gedget maupun media sisial lain, misalnya melakukan olah raga, bermain musik, atau memasak. Semua itu dapat menjadi kegiatan lain yang mampu membuat hidup Anda akan lebih berguna.
Tapi bagaimana jika Anda menggunakan aplikasi tersebut untuk kerja? Mungkin akan sangat sulit untuk berhenti, dan obatnya pun sebetulnya cukup sepele, yaitu harus lebih sering mengobrol dengan teman atau orang lain.
Sebab, ilmuwan menganggap bahwa melalui komunikasi langsung akan lebih baik bagi otak serta kepribadian, dari pada dengan sosial media digital. (Eva/R3/HR-Online)