Surat yang dibuat oleh Komunitas Ciamis Care Support (wadah perkumpulan penderita HIV/AIDS) yang dikirimkan ke Bupati Ciamis. Foto: Taufan Ihsan Yanuar/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Karena merasa sering mendapat berbagai diskriminasi dari masyarakat dan juga susah mendapat pekerjaan, sehingga kerap tak punya uang untuk biaya berobat, penderita HIV/AIDS atau ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Ciamis mencurahkan unek-uneknya kepada Bupati Ciamis, H. Iing Syam Arifin, yang dituangkan dalam sebuah surat.
Surat yang dibuat oleh Komunitas Ciamis Care Support (wadah perkumpulan penderita HIV/AIDS) ini, dikirimkan ke Bupati Ciamis pada bulan Juni lalu. Namun sayang, surat itu hingga saat ini belum mendapat respons. Mereka berharap, dengan mengirim surat tersebut, Bupati bisa membantu kesulitan hidup para penderita HIV/AIDS di Ciamis.
Ketua LSM Wisma Ciamis (Lembaga Penanggulangan HIV/AIDS), Deni Wahyu, mengatakan, surat yang dikirim Komunitas Ciamia Care itu pada intinya meminta bantuan kepada pemerintah agar mencari solusi untuk mengatasi kesulitan hidup yang dialami para penderita HIV/AIDS di Ciamis.
“Dari ratusan penderita HIV/ADIS di Ciamis itu mayoritas dari kalangan menengah ke bawah. Mereka saat ini kesulitan mendapat pekerjaan, sehingga tak memiliki uang untuk berobat serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka sebagai rakyat kemudian mengirimkan surat kepada Bupati,” katanya, kepada HR Online, Jum’at (20/11/2015).
Menurut Deni, sulitnya penderita HIV/AIDS mendapat pekerjaan, lantaran terbentur persyaratan kesehatan. Karena salah satu syarat dalam lamaran pekerjaan harus melampirkan surat keterangan sehat dari dokter. “Ketika terkena penyakit HIV/AIDS, otomatis mereka tergolong tidak sehat dan tidak bisa mendapat surat keterangan tersebut. Disitu masalahnya,” katanya.
Dengan begitu, lanjut Deni, solusi agar mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yakni dengan cara membuka usaha sendiri. “Masalahnya mereka tidak memiliki modal. Makanya mereka meminta bantuan kepada Bupati agar difasilitasi modal usaha dari dana pemerintah. Selain itu, mereka pun meminta bantuan program BPJS gratis, agar tidak perlu membayar biaya berobat di RSUD,” ujarnya.
Berikut ini surat yang dibuat Komunitas Ciamis Care Support kepada Bupati Ciamis:
Kepada yang terhormat,
Bapak dan Ibu Bupati Ciamis
Di
Tempat
Bapak dan Ibu yang kami banggakan
Apa kabar bapak? Apa kabar Ibu?. Semoga bapak dan ibu senantiasa diberi kesehatan, kekuatan dan Lindungan Allah SWT. dalam menghadapi pelbagai persoalan di kabupaten Ciamis tercinta ini.
Sebelumnya, kami ucapkan selamat hari jadi Ciamis yang ke 373.
Lancang memang kami, ‘mengganggu’ kesibukan Bapak melalui Surat ini. Tapi setidaknya, mudah-mudahan surat ini bisa sekedar mengingatkan bahwa Bupati Ciamis selama ini biasanya menjadi ketua dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di Kabupaten Ciamis. Yang Alhamdulillah,- kami ucapkan terimakasih kepada Bapak-,akhir-akhir ini pemerintahan kabupaten ciamis yang bapak nahkodai, sudah mulai memperlihatkan kepedulian terhadap persoalan HIV-AIDS. Ini sangat kami apresiasi
Bapak dan ibu yang kami hormati
Kami baru saja memperingati Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2015 di kabupaten ciamis yang difasilitasi oleh kawan-kawan kami dari LSM WISMA dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Ciamis. Bagi kami, itu adalah sebuah malam dimana kami mengenang adik, kakak, pasangan, anak, orangtua, saudara, rekan, kerabat bahkan orang yang tidak kami kenal yang telah mendahului kami, Kalah dalam pertarungannya melawan infeksi HIV di dalam tubuhnya.
Kami ingin bercerita sedikit saja Pak, Bu…
Yang ingin kami ceritakan bukanlah masalah angka kasus, bukan pula statistiknya; penyebarannya di kecamatan mana saja, tingkatan umur, profesi dan angka-angka lainnya, bukan tentang itu, karena itu bisa bapak dan ibu ketahui dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Sedikit menambahkan, data yang ada di Dinkes hanyalah data yang terungkap, karena masih banyak yang belum terungkap, orang bilang ini seperti fenomena Gunung Es.
Kami hanya ingin bercerita, bahwa virus yang masuk kedalam tubuh kami, boleh masyarakat menganggap ini diakibatkan oleh apa yang kami, adik, kakak, pasangan, anak, orangtua, saudara, rekan lakukan sebelum virus ini masuk atau masyarakat menyebutnya karena prilaku kami beresiko. Tapi dibalik itu semua, virus ini masuk bisa juga dikarenakan ketidak-fahaman kami, kebodohon kami, dan keterbelakangan kami dari informasi-informasi seputar kesehatan terutama HIV-AIDS. Kami tidak tahu kenapa HIV bisa menular, kapan dan cara penularannya, apalagi bagaimana cara pencegahan serta penanggulangannya.
Tapi tenang Pak, Bu…
Ketidak-fahaman, kebodohan, dan keterbelakangan kami tidak lantas kami anggap bahwa ini adalah kegagalan pemerintah kabupaten Ciamis dalam mengedukasi masyarakatnya dalam dunia kesehatan terutama HIV-AIDS, tidak, kami tidak beranggapan seperti itu, kami ber-Husnu Zhon, Pemerintah hanya sedang sibuk dengan urusan yang lain . yah, daripada kami saling menyalahkan, lebih baik kami sadar saja ini semua karena kemalasan kami dalam mencari informasi. Begitulah
Oh iya Pak, Bu…
setelah kami didiagnosa terinfeksi virus ini, banyak sekali permasalah-permasalan yang kami hadapi, permasalah-permasalahan ini harus kami ungkapkan sekaligus usulan-usulan yang mungkin dapat bapak dan ibu pertimbangkan;
pertama masalah fisik, bapak dan ibu tentu sudah bisa menebak bagaimana sakitnya kami secara fisik, tapi ada yang lebih miris lagi dan kami rasakan, beban kami seolah tidak cukup dengan harus berdamai bersama virus dalam tubuh yang mengintai setiap saat tubuh kami dalam kondisi lemah untuk kemudian mengijinkan penyakit lain masuk ke dalam tubuh kami namun kami juga harus menghadapi penghakiman dari masyarakat luas bahwa kami ini yang terinfeksi HIV adalah golongan orang-orang yang tidak bermoral, melawan takdir, sampah masyarakat dan berjuta sebutan stigmatif lainnya seolah kami ini bukan manusia tanpa mau melihat padahal diantara kami ada Ibu rumah tangga yang tidak pernah membayangkan mereka akan mendapatkan takdir untuk hidup bersama HIV, dan diantara kami ada pula anak bahkan balita. Sebutan stigmatif itulah yang kemudian membuat kami merasakan diskriminasi yang sangat hebat di dalam setiap aspek kehidupan kami. Yah ini lah kami, fisik kami sakit tapi ternyata, psikis kami lebih menderita. Satu contoh saja yang pernah terjadi di Ciamis tercinta, diantara kami ada seorang pelajar yang sempat terusir dari sekolahnya karena diketahui terinfeksi virus ini.
Masalah stigma dan diskriminasi yang terjadi di masyarakat, sakit memang pak, tapi kami masih bisa menerimanya, karena kami tahu, mereka pun masih belum terpapar informasi terkait HIV-AIDS, dan lagi-lagi kami tidak ingin menyalahkan pemerintah yang gagal mengedukasi masyarakatnya. Kami yakin, ini masalah waktu saja, nanti akan ada saatnya pemerintah melakukan itu bersama-sama kami.
Usulan kami, masifkan isu ini, jembatani informasi terkait HIV-AIDS secara menyeluruh, baik kepada masyarakat umum, maupun pegawai pemerintahan.
Masalah selanjutnya, selain fisik dan psikis, bagi kami yang belum bekerja, ini sangat menjadi penghalang, karena banyak yang mensaratkan surat kesehatan atau surat keterangan dokter. Jadi, seakan tertutup peluang kami untuk bekerja.
Usulan kami, jika peluang bekerja kami tertutup, mungkin pemberdayaan dari pemerintah dapat membantu kami, dan kami siap untuk diberdayakan.
Masalah lainnya, biaya tes CD4 dan tes Viral Load sangat mahal bagi kami, dan ARV yang ada di RSUD Ciamis memang gratis, tapi biaya kunjungan masih berlaku bagi kami.
Usulan kami, fasilitasi BPJS untuk kami dan tingkatkan pelayanan
Masih banyak sebenarnya masalah-masalah lain yang kami hadapi, tapi Sementara, itu saja.
Demikian sedikit ‘uneg-uneg’ dari kami, mudah-mudahan ini bisa dipertimbangkan oleh Bapak dan Ibu, dan kami siap bermitra dengan pemerintah kabupaten Ciamis dalam menghadapi permasalah ini serta mewujudkan Visi Ciamis; “Masyarakat Ciamis mandiri hidup sehat di lingkungan yang sehat tahun 2019”
Selamat menjalankan tugas, semoga keberkahan selalu menyertai Bapak dan Ibu, Aamiin
Salam hormat kami
Ciamis Care Support
(kelompok dukungan Sebaya)
(Taufan/R2/HR-Online)