Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Fenomena profesi pemandu lagu (PL) kini bisa dikatakan menjamur di berbagai tempat. Dengan alasan beragam dan keuntungan yang menggiurkan, banyak generasi muda, kaum perempuan khususnya, memilih profesi ini.
Salah seorang PL berinisial RN (24), yang biasa mangkal di tempat-tempat karaoke yang ada di Kabupaten Ciamis, saat dihubungi Koran HR, Selasa (10/11/2015), mengaku terpaksa mengambil profesi PL karena dorongan kebutuhan keluarga.
RN mengatakan, bahwa dirinya sudah lumayan cukup lama menjalani profesi ini dan sudah mengalami berbagai kejadian yang kurang mengenakan selama menjalani profesi tersebut. Menurut dia, profesi PL sebetulnya bisa dikatakan mudah dalam mengerjakannya, tetapi sulit ketika menerima keinginan dari konsumen yang terkadang di luar profesi.
“Kami tergiur dari keuntungannya, satu jam dibayar seratus ribu, semalam minimal 500 ribu bisa didapatkan. Kami hanya tinggal bernyanyi atau menghibur mereka,” katanya.
RN menegaskan kalau dirinya hanya berprofesi sebagai pemandu saja atau hanya menghibur konsumen di dalam tempat karaoke. Tapi dia tidak menampik terkadang banyak hal-hal nakal yang dilakukan konsumen, seperti meraba dan meminta berhubungan intim.
“Untuk berhubungan intim pastinya saya tolak. Tetapi untuk diraba-raba, saya terkadang bingung untuk menolak atau bersikap tidak menerima, karena saya takut konsumen tidak nyaman memakai jasa saya kembali,” ujarnya.
Kepada Koran HR, RN mengaku selalu terdorong menjalani profesi seperti ini. Apalagi setelah pulang ke rumah dan melihat kondisi keluarganya yang sangat membutuhkan uang. Untuk itu, RN tetap menjalani profesinya walaupun kerap mendapat cibiran dari teman dan sanak saudara.
“Terbesit harapan di benak saya, dengan usia yang masih muda untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Tetapi sulitnya hari ini mencari pekerjaan, dan pemerintah seolah tidak memberikan solusi. Jadi lebih baik saya menjalani profesi ini karena keluarga saya tetap harus makan dan mendapat kebahagiaan. Walaupun saya tahu, cara mendapatkan uang itu dinilai kurang baik,” ucapnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Disnaker Kabupaten Ciamis, H. Wawan, ketika ditemui Koran HR, Senin (09/11/2015), mengatakan, profesi pemandu lagu itu baik selama memandu lagunya secara profesional dan memiliki kompetensi seni suara atau seni musik. Bahkan jika diasah terus bisa menjadi penyanyi.
Wawan menambahkan, tetapi yang lebih baik adalah jika mampu bekerja sesuai dengan basik keterampilan dan pendidikan yang ditempuh, baik secara formal maupun informal. Intinya jangan sampai jadi pemandu lagu tanpa memiliki dasar-dasar seni suara yang bagus.
“Di Disnaker sebetulnya banyak berbagai pilihan alternatif perusahaan, tapi memang kerjanya di luar Ciamis. Karena di Ciamis masih kurang perusahaan besar yang mampu menyerap tenaga kerja banyak. Kecuali harus ada BLK yang bisa melatih mereka untuk bisa dalam profesi tertentu,” pungkasnya. (Taufan/Koran-HR)