Sungai Cijolang, di Tambaksari, Kabupaten Ciamis. Foto: Suherman DS
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Andai saja tidak ada alur Sungai Cijolang, Kabupaten Ciamis, Majalengka, Kuningan, Jawa Barat dan Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, berada dalam satu hamparan. Sungai Cijolang yang menjadi tapal batas itu semakin ke hilir menyatu dengan Sungai Citanduy kemudian bermuara di lagoon Segara Anakan. Dahulu sebelum dibangun sejumlah jembatan permanen, mobilitas warga sejumlah desa yang bersebarangan itu menggunakan rakit.
“Jika dalam suasana lebaran atau ada yang kenduri, baik di wilayah Ciamis atau Kuningana rakit itu beroperasi sampai malam hari,” ujar warga setempat.
Dari sejumlah jembatan permanen itu diantaranya di Dusun Tangkolo, Desa Dadiharja, Rancah dan Desa Tigaherang, Rajadesa. Sementara air baku (permukaan-red) Sungai Cijolang selama ini digunakan untuk mengairi hamparan sawah di daerah Bangunharja Cisaga, Rawa Onom Banjar, Lakbok Selatan Jabar, Panulisan, Dayeuhluhur dan Sidareja Cihaur, Cilacap Jateng.
Selain itu, Sungai Cijolang menjadi ladang mencari nafkah bagi sekelompok warga yang memanfaatkan pasir dari dasar sSungai Cijolang. Aktifitas mereka acapkali terlihat dari jembatan Cijolang perbatasan Jabar-Jateng. Tak hanya itu saja, Sungai Cijolang mengendapkan “Uga” (ramalan-red) leluhur Tambaksari dan leluhur Rancah yang disampaikan dari mulut ke mulut.
Menurut warga Tambaksari, “Uga” leluhur itu berbunyi: Walungan Cijolang engke jaga bakal ngabendung sorangan. Lamun gunung Calungcung di Dayeuhluhur, Cilacap Jawa Tengah jeung gunung Cohcor di Tambaksari, Ciamis rugrug. (Sungai Cijolang kelak akan membendung sendiri jika bukit Calungcung di Dayeuhluhur dan bukit Cohcor di Tambaksari longsor).
“Jika dari puncak kedua bukit yang letaknya berdekatan sekali yang disebut ‘pongpet’ kemudian melihat ke bawah, alur Sungai Cijolang terlihat kecil,” ujar mereka. Sementara “Uga” leluhur yang intinya sama masih melekat di masyarakat Rancah sekitar.
Sedangkan “Uga” leluhur Rancah maksudnya sama manakala sebuah batu berukuran besar pada bibir tebing Cijolang terlepas dari lilitan akar. Batu besari itu terdapat di blok Ciranto, Bunihilir, Desa Situmandala.
Lili Romli, SH, M.Si, Drs Yusuf, SA, M Si, Panji Irianjaya (staf Humas) dan warga Rancah lainnya menuturkan, ketika mereka masih di Sekolah Dasar (SD) pernah mendengar ceritera itu selain dari para orang tua, juga terkadang diangkat dalam alur ceritera hiburan sandiwara.
“Namun begitu, sejauhmana kebenaran mengenai kedua “uga” leluhur tersebut. Wallahu Allam,” kilah mereka. (Suherman DS/Koran-HR)
Berita Terkait
Bendungan Matenggeng Dibangun, Warga Tambaksari Ciamis Resah!
(Bendungan Matenggeng) 150 KK di Ciamis Tak Akan Dapat Ganti Rugi
Bendungan Matenggeng Dibangun, Warga Tambaksari Ciamis Minta Syarat
Pemkab Ciamis: Polemik Jatigede Jangan Terjadi di Matenggeng Tambaksari
Soal Matenggeng, DPRD Ciamis Minta BBWS Citanduy Koordinasi
Ini Cerita Mistis di Wilayah Ciamis yang Akan Terendam Bendungan Matenggeng
Cerita Mitos ‘Kolot Baheula’: Di Tambaksari Ciamis Bakal Dibangun Bendungan
Bendungan Matenggeng di Ciamis Dibangun, Mahluk Halus Minta Sesaji