Pembentukan tim pemeriksaan hewan kurban, di ruang pertemuan Distan Kota Banjar, Kamis (10/09/2015). Photo : Nanang Supendi/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Kota Banjar mewaspadai sejumlah penyakit yang menyerang hewan kurban. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka petugas berencana melakukan inspeksi di beberapa tempat penyembelihan hewan kurban.
“Penyakit yang perlu diwaspadai pada hewan kurban adalah kemungkinan ditemukannya cacing hati. Namun demikian, kami tidak membatasi akan kemungkinan ditemukannya jenis gangguan lain yang menjangkiti daging kurban,” kata Kabid Peternakan dan Perikanan Distan Kota Banjar, Ir. Ngadimin, saat di ruang kerjanya kepada HR Online, Kamis (10/09/2015).
Ngadimin menambahkan, tim pemeriksa hewan kurban dari petugas peternakan yang ada di Distan yang baru terbentuk ini, rencananya akan melakukan pemeriksaan hewan kurban, pada lokasi peternakan dan lapak penjualan hewan kurban, mulai hari Senin (14/09/2015).
“Keberadaan tim tentu membantu masyarakat menyediakan hewan kurban, yang memenuhi syarat layak tidaknya untuk di sembelih. Baik umur maupun kondisi kesehatannya,” terang dia.
Dijelaskan Ngadimin, ada beberapa hal yang akan dicek oleh tim tersebut. Diantaranya administrasi hewan yaitu untuk mengetahui asal usul hewan ternak itu berasal. Kemudian memeriksa kesehatan hewan dan kelaikan daging hewan yang akan dijual.
“Bila hasil pemeriksaan hewan layak sembelih, maka kami beri tanda berupa cap pada sapi dan kambingnya. Ini sudah menjadi tugas rutin setiap tahun, khususnya pada saat menjelang hari besar keagamaan Idul Adha,” ujarnya.
Hewan kurban yang menjadi perhatian dari tim adalah sapi yang beli dadakan dilakukan pedagang. Namun hingga saat ini, timnya belum menemukan hewan kurban yang dicurigai berpenyakit, maupun di bawah umur yang dipersiapkan untuk kurban.
Sedangkan stok hewan kurban tercatat sampai hari ini tercatat, sapi berjumlah 450 ekor dan Kambing 60 ekor. Tapi diakuinya, itu masih data sementara dan masih akan melakukan pendataan sapi maupun domba yang dibutuhkan.
“30 persen hasil penggemukan di Banjar, 50 persen berasal dari Jateng diantaranya Blitar dan Sragen, serta selebihnya 20 persen sapi beli dadakan untuk memenuhi kebutuhan penjualan hewan kurban,” jelasnya.
Menurut Ngadimin, jumlah pembeli hewan kurban sapi diprediksi akan mengalami peningkatan dibandingkan kambing. Pasalnya, selisih harga kedua hewan ternak tersebut tidak terpaut jauh, bahkan dihitung berat dagingnya lebih banyak sapi.
Dicontohkannya, satu harga kambing yang laik kurban harganya Rp.2,8 juta. Sedangkan sapi itu untuk tujuh orang dengan harga Rp. 15 juta.
“Jadi lebih untung beli sapi, dibanding kambing. Terlebih masyarakat itu banyak yang tidak suka, atau menghindari makan daging kambing,” pungkasnya. (Nanks/R5/HR-Online)