Kampung Badud yang ada di Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Photo : Asep Kartiwa/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sebenarnya memiliki segudang kesenian, mulai dari kesenian tradisional hingga kesenian modern. Namun sayang, keberadaannya kini justru nyaris punah akibat tidak ada regenerasi dan promosi.
Memet Moch. G, seniman asal Desa Margacinta, ketika ditemui Koran HR, Minggu lalu, mengatakan, kesenian yang terdapat di wilayah itu diantaranta Calung Buhun “Calung Renteng”, Reog, Angklung Buhun hingga angklung modifikasi, Badud, Beluk, Gondang, Wayang Golek, Ronggeng atau Seni Ibing Sunda, Degung, Kecapi Suling, Pencak Silat, Dagelan, Pongdut dan Reog.
Menurut Memet, kesenian-kesenian tersebut sebenarnya dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan mancanegara ataupun domestik. Hanya saja, saat ini kesenian tersebut hanya dipentaskan pada even-even tertentu saja.
“Kelemahannya adalah karean sampai saat ini belum ada pemersatu diantara para pelaku seni. Kecuali kalau sudah ada lokasi, tempat atau bahkan panggung khusus pementasan, pelaku kesenian bisa bersatu. Di tempat ini juga nantinya bisa dijadikan untuk pemasaran cinderamata khas Pangandaran,” ucapnya.
Apalagi, lanjut Memet, wilayah Desa Margacinta lokasinya sangat strategis, berada di jalur nasional dan dilewati kendaran pembawa wisatawan. Jarak tempuh dari Pangandaran hanya memakan waktu 15 menit.
Ketua Dewan Kesenian Pangandaran, Drs. Cucu Gumilar, M.Pd., membenarkan keberadaan ‘harta karun’ terpendam yang ada di Desa Margacinta tersebut. Namun demikian, kata dia, Dewan Kesenian sudah menginventarisasi kesenian serta kebudayaan yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Pangandaran.
“Kami juga memiliki data mengenai nilai kontrak atau harga pementasan kesenian hasil musyawarah para seniman,” ucapnya.
Cucu tidak menyangkal, selama ini banyak kesenian tradisional hanya pentas bila ada hajatan warga atau even khusus seperti hari jadi kabupaten atau rangkaian kegiatan peringatan tahun baru saja.
Kepala Desa Margacinta, H. Edi Supriyadi, menjelaskan, bahwa saat ini di wilayahnya sudah terdapat “Kampung Badud’ yang berlokasi di Dusun Margajaya. Menurut dia, seni badud bisa dijual bersama paket wisata body rafting yang berada di lokasi yang sama.
“Namun, jarak dari jalan raya memang cukup jauh, sekitar 9 kilometer, dan kondisi jalannya rusak,” ucapnya.
Meski belum ada prioritas pembangunan di sektor pariwisata, Edi menuturkan, pihaknya sudah menganggarkan perbaikan jembatan dan beberapa ruas jalan untuk menunjang keberadaan Kampung Badud tersebut.
“Tapi, kami akan mengajak semua stake holder untuk bermusyawarah membahas soal sektor pariwisata. Kami juga akan membuat tim untuk mengkaji potensi secara lebih komprehensif untuk pengembangan pariwisata dan kebudayaan,” pungkasnya. (Askar/Koran-HR)