Sinjang Lawang dan Goa Lanang yang ada di Kabupaten Pangandaran, tepatnya di wilayah Kec. Parigi dan Langkaplancar. Foto: Asep Kartiwa/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Goa Sinjang Lawang dan Goa Lanang yang ada di Kabupaten Pangandaran, tepatnya di wilayah Kec. Parigi dan Langkaplancar, merupakan potensi wisata yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi salah satu tujuan para wisatawan. Terlebih kedua tempat tersebut berada pada satu kawasan cukup strategis.
Untuk pengembangan atau pembangunannya, terutama di daerah Goa Lanang, sangat memungkinkan karena didukung oleh beberapa faktor, diantaranya sebagian besar lahan tersebut milik desa, dan sebagian kecilnya milik warga atau tanah adat.
Selain itu, di kawasan Goa Lanang terdapat banyak goa yang diperkirakan berumur jutaan tahun, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Kemudian, Sinajng Lawang dan Goa Lanang sama-sama memiliki situs budaya penyebaran agama Islam, dan terdapat aliran sungai yang bisa dipakai untuk aktivitas rafting. Aliran sungai itu masih terhubung satu sama lain.
Perbukitan dan pesawahan di wilayah tersebut memiliki karekteristik yang unik, sehingga suasana alam mampu merefresh otak setelah seharian disibukan oleh rutinitas pekerjaan.
Ujang, pengelola objek wisata Sinjanglawang, ketika ditemui HR, Senin pekan lalu, mengatakan, meskipun terpisahkan oleh wilayah administarsi, yakni Kecamatan Parigi dan Kecamatan Langkaplancar, namun kedua wilayah tersebut masih satu kawasan.
“Masyarakat yang berada di kedua wilayah itu tentunya masih ada hubungan kerabat atau keluarga satu sama lain. Warga di sekitar Goa Sinjanglawang juga siap bekerjasama dalam pembangunan kedua objek wisata tersebut,” kata Ujang.
Kepala Desa Selasari, Kec. Parigi, Tasri, membenarkan, bahwa tanah perbukitan di sekitar Goa Lanang, terutama yang ada situsnya, merupakan tanah desa. Bahkan, di samping bukit juga masih ada tanah desa yang memungkinkan untuk dikembangkan.
Sedangkan, lahan di sepanjang tepi sungai yang dilalui jalur Body Rafting adalah tanah milik warga. Menurut Tasri, warga siap bekerjasama membangun wilayah tersebut untuk pengembangan dan pembangunan kawasan objek wisata tersebut.
Pengelola Goa Lanang, Yayan, menyebutkan, bahwa berdasarkan hasil survey relawan dan beberapa perguruan tinggi, bahwa sejumlah goa yang berada di kawasan Goa Lanang dan Sinjanglawang merupakan goa yang terbentuk sejak jutaan bahkan miliaran tahun silam. Semuanya terbentuk oleh pergerakan lempeng bumi.
“Di dalam goa terdapat stalgmit dan stalagtit yang masih aktif. Jika kita berada dalam goa serasa berada di alam lain, atau berada di kraton alami. Batuan yang berada di sana merupakan batuan kars atau kapur. Aliran sungainya dimanfaatkan untuk Rafting,” tuturnya.
Lanjut Yaya, selama ini pengunjung yang datang ke objek wisata Goa Lanang dan Sinjanglawang lebih banyak dari kalangan akademisi dan turis mancanegara. Mereka sangat kagum dengan keberadaan warisan alam yang tak ternilai harganya.
Bahkan, warga masyarakat Goa Lanang dan Sinjanglawang akan sangat siap jika kedua kawasan objek wisata tersebut dibangun dengan cara terpadu, atau interkonektivitas. Karena, pada dasarnya warga pun ingin memajukan daerahnya untuk kepentingan dan kesejahtraan masyarakat setempat.
“Kami sangat berharap potensi yang di wilayah kami ini dapat dikembangkan sebagaimana mestinya, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan semua. Asal dengan catatan tetap memperhatikan kearifan local, dan memperhatikan keinginan warga setempat. Artinya, tidak mengatasnamakan seseorang, atau salah satu kelompok tertentu yang hanya mementingkan dirinya sendiri atau kepentingan kelompoknya saja,” tegas Yaya. (Askar/Koran-HR)