Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-Masih bertenggernya harga beras Rp. 10 ribu/kg, tidak hanya membuat masyarakat, penggilingan padi dan pedagang beras di Kota Banjar, Jawa Barat, mengeluh. Sejumlah warung nasi pun merasakan imbas kenaikan tersebut.
Seperti dikatakan pemilik warung nasi, Ibu Uju (60), di pasar Muktisari, Kec. Langensari, mengatakan, mahalnya harga beras telah menaikkan biaya produksi berjualan warung nasinya.
Meski begitu, Ibu Uju mengaku, tidak dengan serta merta ikut menaikkan harga jualannya. Hal itu dilakukan, karena dia takut kehilangan langganannya.
“Sehari warung nasi bisa menghabiskan dua karung beras berukuran 20 kilogram dengan kualitas premium. Sebelumnya harga masih 8.500 perkilo, sekarang sudah 10 ribu perkilo. Otomatis biaya produksi bertambah, sementara harga penjualan belum berani ikut dinaikkan,” jelasnya kepada HR online, Senin, (09/03/2015).
Tidak menaikkan harga jual, Ibu Uju menyiasati dengan memperkecil ukuran lauk-pauk yang dijualnya. Strategi itu diambil, untuk mengimbangi kenaikan harga beras yang tak kunjung kembali normal.
“Kenaikan biaya produksi perhari mencapai 300 ribu. Biasanya biaya produksi per-hari itu hanya 900 ribu, sekarang harus merogoh kocek lebih dalam menjadi satu juta seratus ribu per-hari,” keluhnya.
Senasib dengan Ibu Uju, pedagang warung nasi lainnya, Lilis (36), mengatakan, kelimpungan biaya produksi akibat kenaikan harga beras. Dan Lilis pun tak berani ikut menaikkan harga jualannya, maka langkah serupa diambil Lilis untuk bertahan dalam menjalankan warung nasinya.
Ibu Uju dan Lilis, serta pedagang warung nasi lainnya hanya bisa berharap, pemerintah bisa segera turun tangan untuk menekan harga beras yang kian hari kian tak menentu. (Nanang S/R1/HR-Online)