Ilustrasi Pemandu Lagu. Foto: Ist/Net
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Meski sering dianggap miring oleh masyarakat, namun para pekerja PL tersebut terkesan cuek, dan tidak mau ambil pusing dengan keadaan di sekitarnya. Bagi mereka, pandangan masyarakat seperti itu tidak dipedulikan, yang penting bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Berdasarkan investigasi Koran HR di lapangan, para pekerja PL tersebut umumnya tidak terikat oleh salah satu tempat karaoke. Mereka lebih memilih sebagai pekerja freelance, dan menjual jasa layanan “cuap-cuap” di sebuah room karaoke.
Tarifnya pun bervariatif, yaitu antara Rp.100 ribu sampai Rp.200 ribu per jam. Pendapatan sebesar itu belum termasuk saweran dari sang pelanggan. Pemesanan PL biasanya dilakukan melalui mucikarinya, seperti mami dan guchi.
Pada Sabtu malam, (14/2/2015), sekitar jam 22.30 WIB, Koran HR berhasil menemui dan berbincang dengan Denok (bukan nama sebenarnya), salah seorang pekerja PL di kawasan wisata air Banjar Water Park.
Gadis asli warga Banjar yang baru berusia 21 tahun ini mengaku bekerja sebagai PL di beberapa tempat karaoke, termasuk tempat karaoke yang ada di Kota Banjar. Dalam sehari, ia bisa mengantongi uang sebesar Rp.400 ribu, bahkan lebih.
“Kalau dapat 400 ribu itu kecil, sebab bila sedang ramai saya bisa mendapat 600 ribu sampai 1 juta rupiah,” tuturnya, kepada Koran HR.
Denok pun tidak menampik, jika ada tamu yang minta pelayanan lebih dari dirinya. Misalkan dipeluk atau bahkan sampai dicium saat berkaraoke. Namun, permintaan seperti itu sudah bukan hal aneh lagi bagi dirinya. “Kalau masih dalam batas kewajaran, ya kita maklumi saja,” ucap Denok.
Pekerja PL lainnya, sebut saja Cinta (bukan nama sebenarnya), gadis berusia 24 tahun ini mengaku bekerja menjadi Pemandu Lagu karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi. “Selain itu, juga untuk menutupi biaya kuliah,” kata mahasiswi semester IV di salah satu perguruan tinggi di Kota Banjar.
Sementara itu, Merry (bukan nama sebenarnya), pekerja PL lainnya yang mengaku lebih memilih menjadi PL di tempat karaoke di luar kota, seperti Tasikmalaya, Bandung, Cilacap, bahkan sampai ke Purwokerto, Jateng. “Saya enggak berani main di Banjar karena takut ketahuan oleh keluarga,” tuturnya.
Menurut dia, pendapatan PL di kota besar jauh lebih banyak dari pada di daerah. Dalam sehari Merry mengaku mampu mendapatkan uang hingga Rp.2 juta. Selain menjadi PL, dirinya juga harus rela menemani tamunya mengkonsumsi minuman beralkohol. Tak heran, ia pun terkadang ikut mabuk bersama pelanggannya di dalam sebuah room karaoke.
“Jika tamu meminta yang macam-macam, saya sih tetap profesional saja. Tapi saya melakukan ini di tempat karaoke luar Banjar, kalau di Banjar takut ribet,” ungkap Merry, sambil tertawa.
Tidak hanya menemui para petugas PL, Koran HR pun berbincang dengan sejumlah pelanggan. Ako (bukan nama sebenarnya), mengatakan, dirinya datang ke tempat karaoke di Banjar baru dua kali. “Saya datang bersama teman-teman. Kalau untuk memesan PL, saya tinggal hubungi mucikarinya, setelah itu tinggal menunggu di room,” katanya. (Hermanto/Koran-HR)