Taman Raflesia Ciamis. Foto: Dokumentasi HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Ketua LSM Wisma, Deni Wahyu, didampingi CO (Community Organizer) LSM Wisma, Yuyun Yuningsih, mengatakan, untuk melakukan pendataan orang yang berisiko tinggi tertular penyakit HIV/ADIS, perlu merekrut orang-orang dari komunitas orientasi seksual yang berbeda-beda. Seperti harus merekrut orang dari komunitas waria, Lelaki Suka Lelaki (LSL), Pria Hidung Belang dan Wanita Pekerja Seksual (WPS).
“Itu dilakukan agar hasil pendataannya akurat. Karena aktivitas esek-esek dilakukan secara sembuyi-sembuyi dan perlu orang untuk menjangkau ke komunitas tersebut,” ujarnya, kepada HR, pekan lalu. [Baca juga: Maraknya Transaksi Esek-esek di Taman Raflesia Ciamis]
CO (Community Organizer) LSM Wiswa, Yuyun Yuningsih, menambahkan, saat melakukan pendataan, pihaknya harus menggunakan berbagai cara untuk menjangkau orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Salah satunya, yakni memancing dengan menggunakan orang tertentu agar mereka bisa menampakan dirinya.
“Seperti contoh, untuk menjangkau komunitas LSL itu sangat sulit. Tetapi, jika dipancing oleh pria ganteng yang sebelumnya melakukan komunikasi di media sosial facebook, orang-orang LSL akhirnya bisa terpancing untuk menampakan dirinya,” ujarnya, kepada HR, pekan lalu.
Menurut Yuyun, dirinya bersama tim di LSM Wisma, menggunakan jejaring sosial facebook untuk menarik para LSL di Ciamis. Melalui sebuah grup facebook dengan judul penyuka waria dan gay, kata dia, dengan sendirinya mereka bergabung ke grup facebook tersebut.
“Setelah berinteraksi di grup, kemudian mereka diajak komunikasi yang ujung-ujung kita minta janjian ketemu. Setelah bersepakat bertemu, kemudian dipilih tempat lokasi pertemuannya,” ujarnya.
Dari hasil jebakan tersebut, kata Yuyun, diperoleh fakta baru bahwa komunitas LSL di Ciamis ternyata lebih suka memilih Taman Raflesia Ciamis sebagai lokasi pertemuan.
“Setelah melakukan komunikasi di facebook, kemudian kita cari tahu lagi apakah orang LSL ini suka dengan waria atau dengan gay. Kalau dia suka waria, maka kita tugaskan waria untuk menemui orang itu. Kalau dia ternyata gay, berarti harus menugaskan pria ganteng,” ujarnya.
Ketika target sudah terperangkap dalam jebakan, lanjut Yuyun, kemudian orang yang ditugasi menemui orang itu harus mengorek informasi terkait teman-temannya yang sama memiliki orientasi seksual menyimpang. “Setelah informasinya terkorek, kemudian kita melebarkan penjangkauan orang di komunitas tersebut,” ujarnya.
Setelah bisa menjangkau ke sejumlah orang di komunitas LSL, kemudian dilakukan pembinaan yang dilakukan oleh tim dari LSM Wisma. “ Artinya, kita mengarahkan agar mereka berkelompok dalam sebuah komunitas pertemanan. Setelah itu berhasil, kemudian kita masuk melakukan pembinaan terhadap mereka,” ujarnya.
Pembinaan yang dilakukan, kata Yuyun, yakni memberikan pemahaman soal betapa pentingnya menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual dan diarahkan juga agar mereka melakukan tes VCT HIV/AIDS. “ Jika sudah berkelompok, kita mudah melakukan pendataan dan pembinaan terhadap mereka,” ujarnya. (es/Bgj/Koran-HR)