Banjar, (harapanrakyat.com),-Untuk menekan angka kehamilan atau kelahiran anak, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Banjar, menyarankan kepada pasangan suami istri usia subur agar menggunakan alat kontrasepsi kondom saat berhubungan intim.
Hal itu dikatakan Kasi. Advokasi dan PKBR BKBPP Kota Banjar, Rudianto, saat ditemui HR di ruang kerjanya, Senin (09/02/2015). Dia menyebutkan, bahwa kondom memiliki fungsi double protection, yaitu sebagai alat kontrasepsi untuk KB dan sebagai alat untuk pencegahan HIV-AIDS.
“Konteknya di kami jelas kondom itu untuk alat kontrasepsi yang diberikan kepada pasangan usia subur peserta KB kondom,” jelasnya.
Program kondom yang diberikan pihaknya, bisa didapat secara cuma-cuma di Puskesmas atau di Pos KB Desa. Selain itu, alat kontrasepsi tersebut juga diberikan kepada mereka yang sudah melakukan MOP. Karena, meskipun sudah di MOP, namun sebelum lukanya bersih dianjurkan harus memakai kondom saat melakukan hubungan seksual.
Rudianto menyebutkan, alat kontrasepsi kondom belum manjadi pilihan favorit bagi masyarakat Banjar, sehingga angka penggunaannya masih rendah. Berdasarkan data di BKBPP Kota Banjar selama Januari hingga Desember 2014, pengguna kondom tercatat hanya 201 orang.
“Kalau di Banjar, selama tahun 2014 alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah alat suntik. Dari jumlah 6.057 akseptor KB, sebanyak 2.112 orang diantaranya pemakai KB suntik, pengguna pil sebanyak 623 orang, pengguna IUD 1.316 orang, pengguna implan 1.401 orang, pengguna kondom 201 orang, MOW 228 orang, dan MOP sebanyak 176 orang,” tuturnya.
Rudi mengaku, beban BKBPP begitu berat. Demi mewujudkan program KB yang efektif dan optimal, perlu peran serta pihak swasta. Untuk itu, peserta KB ada yang ikut program pemerintah, ada pula yang ikut pihak swasta.
Dari pendataan selama tahun 2014, jumlah peserta KB baru melalui pemerintah sebanyak 3.827 orang, melalui swasta 2.104 orang dan melalui bidan praktek swasta sebanyak 126 orang.
Jika berbicara tentang pencegahan HIV-AIDS melalui penggunaan kondom, lanjut Rudianto, memang masih ada sejumlah kalangan yang mengasosiasikan bahwa hal itu sebagai sosialisasi prilaku seks bebas.
“Padahal bukan demikian, dan itu persepsi salah. Mesti kita luruskan bersama. Sebenarnya ini dianggap berhubungan dengan upaya pemerintah untuk melindungi setiap orang yang berperilaku seksual bebas,” tukasnya.
Terlebih sekarang di Kota Banjar sudah terkuak, setelah adanya LSM atau relawan peduli HIV-AIDS atas catatan hasil di lapangannya, bahwa dari tahun ke tahun kasus penderita HIV-AIDS terus bertambah. Bahkan itu terjadi pada kalangan pelajar atau remaja produktif berusia antara 20-29 tahun.
Untuk ikut serta dalam menanggulangi kasus HIV-AIDS, pihaknya melakukan upaya cegah sejak dini melalui program Kesehatan Reproduksi Remaja, yaitu pemberdayaan dan pembentukan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di setiap desa dan kelurahan.
Pihaknya juga berharap agar di setiap sekolah bisa terbentuk PIK-R. Penerapannya di sekolah bertujuan menjadi tutor sebaya, dan sumber informasi tentang bahaya HIV-AIDS, serta prilaku penyimpangan lainnya.
“PIK-R itu sendiri berfungsi untuk memberikan sosialisasi dan advokasi kepada remaja mengenai TRIAD KRR, yaitu tentang kesehatan reproduksi remaja yang di dalamnya tentang seksualitas, Napza dan HIV-AIDS, miras dan lain sebagainya,” pungkas Rudianto. (Nanang S/Koran-HR)