Goa yang berada di sekitar Curug yang berada di wilayah Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, ini diduga pernah dijadikan tempat persembunyian pasukan DI/ TII. Photo : Eji Darsono/ HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Goa yang berada di area hutan milik Perum Perhutani, tepatnya di wilayah Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, konon merupakan tempat persembunyian dan tempat penyimpanan senjata gerombolan DI/ TII (Daarul Islam/ Tentara Islam Indonesia).
Een (60), warga Dusun Sindangasih, Desa Ciakar, Senin (19/1/2015), mengatakan, goa persembunyian dan gudang senjata itu pernah ditemukan oleh para petualang. Selain itu, hal tersebut juga didasari karena Gunung Sawal yang lokasinya tidak jauh, pernah dijadikan markas DI/ TII.
“Wajar saja goa itu dijadikan tempat persembunyian, sebab goa itu mampu menampung antara 15 sampai 20 orang,” katanya.
Emus (45), warga lainnya, mengaku, ketika dirinya masih sekolah di Madrasah Diniyah, pernah pergi ke kawasan goa tersebut. Namun dia dan teman-temannya tidak berani masuk, karena kondisi goa gelap.
Informasi yang diperoleh HR, juga menyebutkan, Goa persembunyian gerombolan DI/ TII lainnya juga diyakini berada di kawasan HPD Desa Bangbayang. Sayangnya, goa itu tidak bisa terlihat dari arah luar karena tertutup oleh air terjun.
Icin (70), warga Dusun Desa Kulon, mengisahkan, pada jaman gerombolan DI/ TII masih berkeliaran, hampir setiap malam tidak ada warga yang berani keluar rumah. Warga takut seandainya menjadi korban tindakan gerombolan DI/ TII.
Menurut Icih, saat itu anggota DI/ TII menggeledah rumah warga Kawali, mereka mencari anggota OKD dan TNI. Namun karena tidak ditemukan, mereka kemudian menggasak harta benda milik warga.
“Mereka berani turun ke pemukiman penduduk karena tokoh masyarakat yang ditakuti DI/ TII saat itu (Supriadi) sedang dalam keadaan sakit,” katanya.
Gerombolan DI/ TII akhirnya menyerah setelah menghadapi ada upaya tindakan ‘Pagar Betis’ dari pemerintah. Gerombolan ini akhirnya dapat dilumpuhkan karena mereka kehabisan persediaan logistik.
“Setelah kejadian itu, saya kemudian pindah ke Garut, sampai situasi di kampung dinyatakan aman,” katanya. (Dji/Koran-HR)