Menggunakan becak, Dedi (40), seorang pemulung, warga Lingkungan Cikadu, RT.18/8, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, tengah mengangkut barang rongsokan hasil memulungnya.
Foto: Hermanto/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Pekerjaan sebagai pemulung terkadang dianggap rendah oleh sebagian orang. Tapi, siapa sangka penghasilan mereka bisa melebihi PNS.
Penampilan para pemulung memang terlihat lusuh, membawa keranjang atau karung dan sebuah alat cutikan untuk mengail barang yang akan diambilnya. Kebanyakan orang memandang sebelah mata kepada mereka.
Usahanya memungut sisa-sisa sampah atau rongsokan termasuk jenis pekerjaan yang sama sekali tidak akan ada peminatnya, terkecuali karena terpaksa. Namun, jangan sepelekan pekerjaan pemulung jika berbicara penghasilan.
Di Kota Banjar, seorang pemulung mengaku penghasilannya mencapai Rp.3 juta rupiah perbulannya, atau bahkan lebih. Seperti diungkapkan Dedi (40), salah seorang pemulung, warga Lingkungan Cikadu, RT.18/8, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar.
Lelaki yang dulunya bekerja sebagai buruh bangunan itu, kini mampu mengumpulkan barang bekas/rongsokan sebanyak 50-100 kilogram setiap harinya. “Jika rongsokan sudah dijual ke pengepul, dalam sehari saya bisa mendapat uang sekitar 70 ribu rupiah, dan paling banyak 100 ribu rupiah dari hasil memulung,” tuturnya, kepada HR, Senin (20/10/2014).
Bila dirata-ratakan pendapatan Dedi sebesar Rp.100 ribu rupiah perhari, maka kalau dihitung perbulannya dia memiliki penghasilan sebesar Rp.3 juta.
Menurut Dedi, barang bekas yang dikumpulkan sangat sederhana, seperti botol plastik, besi tua, bekas botol air mineral, botol bekas minuman, dan benda-benda lainnya yang dapat didaur ulang.
Dirinya mengaku menjalani pekerjaannya sebagai pemulung sudah lebih dari tiga tahun. Barang rongsokan didapatkannya hanya dari daerah Kota Banjar. Setiap hari Dedi berkeliling ke sejumlah wilayah kecamatan dengan menggunakan becak sebagi kendaraan pengangkut barang-barang bekas hasil memulung.
“Penghasilan saya memang tidak menentu, namanya juga pemulung. Tapi Alhamdulillah rezeki selalu ada, dalam seminggu biasanya dapat 500 ribu rupiah. Bahkan lebih banyak dari itu pun pernah, tapi tidak sering,” katanya.
Menurut Dedi, di Kota Banjar sendiri sudah banyak pengepul barang bekas atau rongsokan. Dengan demikian, untuk menjual barang bekas yang ia kumpulkan tidaklah sulit.
Awalnya dia sempat merasa malu dan kikuk ketika akan memulai pekerjaannya sebagai pemulung. Konflik bathin seperti itu dirasakannya saat melintasi rumah tetangga-tetangganya.
Meski sebagai pemulung, Dedi mengaku tetap bersyukur, karena menurut bapak lima anak ini, walau pun pekerjaan seperti ini sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun justru dari sinilah dirinya dapat mencukupi kebutuhan keluarga. “Prinsipnya saya, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan,” pungkasnya. (Hermanto/Koran-HR)