Foto : Ilustrasi
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Sejumlah petani di Kota Banjar mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi jenis urea yang kini semakin sulit ditemui di pasaran. Salah satu penyebab langkanya urea diduga akibat pengecer menjual dengan jumlah banyak kepada petani pepaya California.
Hal itu dikatakan pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Rejasari, Abdul Kholic, saat ditemui HR, Kamis (04/09/2014). “Pupuk yang seharusnya digunakan di lahan sawah, oleh pengecer dijualnya kepada petani pepaya California yang kini lahan pertaniannya sangat luas di Langensari. Otomatis urea terserap lahan pepaya,” tuturnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengusulkan penambahan kuota pupuk urea bersubsidi yang dituangkan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Kota Banjar, untuk memenuhi kebutuhan tanaman pangan dan perkebunan papaya California di daerahnya.
Pengajuan penambahan kouta dilakukan, karena di satu sisi kebutuhan para petani terus meningkat, ditambah seiring gencarnya lahan perkebunan yang tidak produktif dijadikan lahan pertanian pepaya.
Pihaknya menyayangkan di Kota Banjar hanya ada satu distributor pupuk bersubsidi yang ditunjuk. Hal itu menjadikan sebagai distributor tunggal, sehingga seenaknya melakukan distribusi.
“Terkesan ada monopoli usaha, jelas merugikan rakyat. Pupuk hal yang sangat pokok sebab menyangkut ketahanan pangan. Lain halnya kalau ada dua distributor, mungkin indikasi itu tak akan terjadi,” tegas Abdul.
Pendapat serupa dikatakan Ketua Gapoktan Kel. Muktisari, Hartono. Menurutnya, kelangkaan pupuk bersubsidi harus cepat diatasi untuk dilakukan verifikasi ulang, yakni melakukan penambahan kuota dengan alasan kebutuhan petani akan pupuk bersubsidi meningkat.
“Kami seluruh Gapoktan dan lembaga tani lainnya telah dikumpulkan oleh Distan Kota Banjar di Balai Benih Padi beberapa hari lalu untuk membicarakan permasalahan kelangkaan pupuk. Dan hasilnya Distan janji membuat RDKK kembali,” jelasnya.
Kemudian, permasalahan yang terjadi di Kel. Muktisari, lanjut Hartono, pihak pengecer harus dibenahi, karena diduga tidak ada pelaporan yang jelas terhadap lembaga yang dipimpinnya.
Ketua LPM Bojongkantong, Elan Rasdian, mengatakan, kelangkaan pupuk urea bersubsidi harus dipertanyakan, agar Pemkot serius menanganinya. Sebab, masalah kelangkaan terjadi setiap tahun.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Selain pengalihan penggunaan pupuk untuk lahan pepaya, ada pula faktor kebijakan pengurangan kuota urea bersubsidi oleh pemerintah pusat sebesar 30 persen. Dan ulah petani menggunakan pupuk pada lahan sawah di luar wilayah Kota Banjar,” katanya.
Sementara itu, pengurus Gapoktan sekaligus pengecer pupuk bersubsidi di Desa Waringinsari, Sudio, menduga, kelangkaan pupuk bersubsidi jenis urea karena ulah oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pasalnya, berdasarkan hasil klarifikasi dengan Dinas Pertanian, persediaan pupuk petani sudah sesuai dengan RDKK. Namun, pada kenyataannya di lapangan masih sering terjadi kelangkaan. (Nanang S/Koran-HR)