Salah satu sudut kawasan Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Photo: Istimewa/Net
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Setelah objek wisata Pangandaran terlepas dari Kabupaten Ciamis, wilayah Ciamis Utara, khususnya kawasan Situ Lengkong Panjalu, diproyeksikan menjadi daerah pariwisata andalan bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis.
Namun sayangnya, menurut pengamat lingkungan Ciamis, Dr. Dadi, M.Si., ekosistem atau hubungan timbal balik yang tak terpisahkan antara mahluk hidup dan lingkungan di kawasan tersebut saat ini kondisinya memprihatinkan.
Menurut Dadi, dari sisi lingkungan, salah satu daya tarik Situ Lengkong Panjalu adalah ekosistemnya. Bahkan untuk pengembangan kedepan, kawasan Situ Panjalu bisa menjadi objek wisata baru selain wisata budaya atau religi.
“Obsesi saya, Situ Panjalu ini juga menjadi pusat ekowisata,” ucapnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukannya, kata Dadi, terkait masalah lingkungan, selain menurunnya jumlah kalong yang kini mengancam kawasan tersebut adalah masalah pendangkalan Situ.
“Bila tidak diatasi dengan segera, ini bisa mengancam kelangsungan mahluk hidup di kawasan Situ,” ujarnya.
Ketika disinggung soal menurunnya jumlah kalong, Dadi menjelaskan bahwa hal itu merupakan salah satu indikator rusaknya ekosistem di kawasan Situ. Dulu, ketika awal melakukan penelitian sekitar tahun 1996, jumlah kalong mencapai 13 ribu.
“Saat ini, jumlahnya (kalong) hanya sekitar 1200 ekor,” katanya.
Dadi mengakui, sejak 1996 setiap tahun sampai sekarang, selalu membentuk tim peneliti, melibatkan sejumlah mahasiswa Pendidikan Bilogi Universitas Galuh sebagai volunteer (relawan-red). Sepanjang itu, hasil penelitiannya cukup mencengangkan.
Lebih lanjut Dadi memprediksi, selain bisa mengakibatkan terganggunya iklim wisata, juga akan mengganggu keseimbangan ekologis di lokasi tersebut. Secara biologis kotoran kalong sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah.
“Bila kalong tidak ada, siapa yang bisa memberikan pupuk atau kesuburan pada tanah di lokasi tempat habitatnya bertahan hidup,” katanya.
Dari sisi yang sama, imbuh Dadi, kalong membantu distribusi biji dari buah-buahan yang dimakannya. Penyebaran biji inipun membantu tumbuhnya pepohonan baru di kawasan Situ Lengkong. Dia mengungkapkan, hilangnya ribuan kalong disebabkan oleh perubahan makro, mulai dari iklim, perilaku manusia, hingga perubahan demografi.
Kepada HR, Dadi mengaku akan mengajak sejumlah tokoh masyarakat Kabupaten Ciamis untuk melakukan gerakan penyelamatan ekosistem kawasan Situ Lengkong Panjalu. Salah satunya dengan mengajak tokoh tersebut melakukan penanaman ikan. (deni/Koran-HR)