Foto: Ilustrasi/HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Wakil Bupati Ciamis, Jeje Wiradinata, menegaskan, pihaknya menemukan permasalahan dalam penyaluran pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Ciamis setelah terjadi kelangkaan yang sudah terjadi selama 2 bulan terakhir ini. Menurutnya, permasalahan ini terjadi pada alur distribusi pupuk dari produsen hingga ke petani, dimana terdapat celah bagi oknum tertentu untuk melakukan penyimpangan.
“Setelah saya pelajari dan mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak, tampaknya terdapat ‘bolong-bolong’ dalam pendistribusian pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis. Nah, ‘bolong-bolong’ ini yang bisa memungkinkan oknum tertentu melakukan penyelewengan,” katanya, kepada HR, di Ciamis, Minggu (20/07/2014).
Dengan adanya temuan itu, lanjut Jeje, pihaknya akan segera membereskan sistem distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis. Sebelumnya, kata dia, dirinya akan melakukan konsultasi dengan Kementerian Pertanian mengenai alur dan sistem pendistribusian pupuk bersubsidi.
“Kita akan perbaiki sistem dan alur pendistribusian pupuk bersubsidi ini agar berjalan normal. Di samping itu juga ke depan kita akan melakukan pendataan jumlah petani dan kebutuhan pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis. Pendataan itu dimaksudkan agar penyaluran pupuk dari produsen bisa sesuai dengan kebutuhan di lapangan,” terangnya.
Ketika ditanya terkait ‘bolong-bolong’ yang rentan terjadi penyimpangan, Jeje enggan menjelaskan, karena hal itu bukan ranahnya. “ Kalau ada penyimpangan itu sudah ranah penegak hukum. Kami di sini hanya memperbaiki sistem dan alur pendistribusian pupuk bersubsidi sebagai langkah mengatasi kelangkaan pupuk yang selama ini terjadi,” terangnya.
Menurut Jeje, masalah kelangkaan pupuk harus cepat diatasi, karena hal ini menyangkut kepentingan petani yang mayoritas di antara mereka adalah rakyat kecil. “ Bayangkan saja, ketika terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, petani di berbagai daerah di Ciamis membeli pupuk tanpa subsidi seharga Rp. 5.200 per kilo. Sementara harga pupuk bersubsidi hanya Rp. 1.800 per kilo,” terangnya.
Artinya, lanjut Jeje, dengan adanya kelangkaan pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis dipastikan akan memberatkan beban petani. “Makanya kita terus lakukan pembenahan agar kelangkaan pupuk bersubsidi ini cepat teratasi,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, Ir. Kustini, mengatakan, setelah dilakukan pengecekan ke tingkat produsen, ternyata kelangkaan pupuk bersubsidi terjadi akibat ada beberepa distributor yang belum menebus pupuk ke tingkat produsen. Selain itu, kelangkaan pun terjadi akibat dari adanya pergeseran masa tanam menyusul terjadi anomali cuaca.
“Kami sudah melakukan konsultasi dengan Kementrian Pertanian dan juga sudah menghubungi pihak produsen untuk segera mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis. Alhamdulilah saat ini sudah mendapat kejelasan dan segera pendistribusian pupuk bersubsidi akan normal kembali,” ungkapnya, kepada HR, Senin (21/07/2014).
Menurut Kustini, kelangkaan pupuk pun dipengaruhi faktor data yang masih mengacu kepada RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) tahun 2009. Sementara untuk kebutuhan tahun 2014 terjadi peningkatan kebutuhan pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis. “ Seluruh permasalahan sudah kami atasi dan mudah-mudahan pendistribusian pupuk bersubsidi di Kabupaten Ciamis segera normal kembali,” pungkasnya. (Bgj/Koran-HR)