Alun-alun Banjar tampak semakin dipadati para pengunjung, maupun pedagang dadakan yang menjual jajanan khas untuk takjil saat berbuka puasa.
Foto: Eva Latifah/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com)
Seperti biasanya, setiap bulan Ramadhan banyak bermunculan pedagang dadakan yang menjual makanan khas untuk takjil buka puasa, seperti kolak pisang, candil, mie geyot dan tutut, dan lain sebagainya.
Meski banyak disukai pembeli, namun mereka hanya menjualnya pada saat Ramadhan. Selain pedagang dadakan, jajanan tersebut memang banyak pula dijual oleh para pedagang makanan yang sudah biasa mangkal.
Padahal, jika dijual saat hari-hari biasa, makanan itu tetap akan diminati masyarakat, apalagi kolak pisang dan candil disajikan dalam keadaan panas. Berbeda ketika bulan Ramadhan, biasanya konsumen lebih suka mengkonsumsinya dengan menambahkan es batu.
Menurut Wawan, pedagang colenak yang biasa mangkal di Alun-alun Kota Banjar, mengatakan, jajanan berupa kolak pisang, candil, mie geyot maupun tutut, banyak ditawarkan saat bulan Ramadhan saja.
Hal itu seakan sudah menjadi tradisi masyarakat maupun pedagang yang menjadikan semua jenis makanan tersebut untuk tajil berbuka puasa. Dengan demikian, para pedagang tahu kalau makanan itu banyak diminati konsumen, tetapi mereka tidak menjualnya di hari-hari biasa.
“Memang banyak diminati konsumen, tapi mungkin karena sudah menjadi tradisi, jadi kami tetap saja hanya menjualnya pada bulan Ramadhan,” ujar Wawan, Senin (30/06/2014), saat dijumpai HR di Alun-alun Kota Banjar.
Wawan juga mengatakan, untuk membuat penganan berupa kolak pisang, candil, mie geyot atau tutut, pengolahannya cukup sederhana. Selain itu, biaya yang dibutuhkan pun tidak begitu besar.
Namun demikian, para pedagang makanan beranggapan bahwa bulan Ramadhan merupakan moment yang paling tepat untuk menjual jajanan jenis makanan tersebut. Menurut Wawan, biasanya mulai berjualan jajanan khas Ramadhan sejak hari pertama puasa.
Lain hal dengan Enok, pedagang jajanan keling. Meski bukan bulan Ramadhan, namun dia tetap menjual mie geyot dan candil. Harganya pun relaif sangat murah, yaitu Rp.1.500-Rp.2.000 per bungkusnya.
“Ya hari-hari biasa juga suka menjualnya, tapi kolak mah enggak, cuma kalau tutut itu kadang-kadang, tergantung musim, biasanya musim hujan tutut banyak dijual di pasar, jadi harganya murah,” tuturnya.
Diakui Enok, pada hari-hari biasa dia tidak banyak membuat candil, mie geyot maupun tutut, tapi ketika Ramadhan, jumlahnya ditambah lantaran wilayah edarannya lebih jauh lagi. Artinya, saat jualan di hari-hari biasa, dia hanya keliling di satu lingkungan saja, namun di bulan Ramadhan dia keliling hingga ke beberapa tempat. Selain itu, jenis jajanan yang dijajakan kebanyakan makanan untuk takjil.
“Alhadulillah, sampai hari kedua puasa dagangan saya selalu habis. Hari-hari biasa juga sama seperti itu, cuma kalau pun ada sisa paling dua atau tiga bungkus saja. Mudah-mudahan di bulan Ramadhan tahun ini dagangan saya habis terus setiap hari,” harapnya. (Eva Latifah/Koran-HR)