Senjata kujang dan keris seusai dibersihkan dalam acara Jamasan. 2 Bersihkan senjata keris dalam acara Jamasan. Foto: Suherman/DS
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
RUANGAN belakang rumah R Gantira Harjakusuma (alm) Jalan Ir H Juanda Ciamis dalam beberapa tahun terahir ini berubah suasana. Pada ruangan itu dijumpai sejumlah benda pusaka peninggalan para adipati leluhur Galuh. Di antaranya sejumlah keris, kujang, gobang, tumbak ditaruh rapi pada lemari berdinding kaca. Batu menhir berundak dan batu batu lainnya dari berbagai situs ditaruh di atas meja museum Pusaka Galuh.
Sementara sejumlah gagang tombak, peralatan kesenian buhun berikut dua tengkorak kerbau rawa jantan dengan tanduk relatif panjang menjadi penghias dinding ruangan museum. Hanya jika selama ini museum Pusaka Galuh hanya dibuka sewaktu waktu saja bisa dimaklumi karena luas ruangan relatif terbatas sehingga tidak muat menampung para pengunjung.
Ganefa Ivan Harjakusuma, pendiri musium Pusaka Galuh menuturkan, jumlah benda pusaka peninggalan para adipati leluhur Galuh kesemuanya mencapai sekitar 2500 buah. Sebagian besar berasal dari keluarga dan kerabat ditambah dari masyarakat. Namun karena ruangan museum tidak muat menyimpan keseluruhan, sehingga keris, kujang dan jenis lainnya yang berukuran besar untuk sementara ini disimpan di rumah.
“Hanya benda pusaka peninggalan RAA Koesoemadiningrat dan RAA Koesoemasoebrata tidak disimpan disini karena dirawat oleh keluarganya,” ujarnya.
Belasan tahun lalu sambung Ganepa Ivan Harjakusuma, ketika ia masih bekerja di Puskesmas kemudian pindah ke Bawasda, dia oleh kerabatnya yang tinggal di Ciamis, Bandung, Jakarta dan beberapa kota lainnya diminta untuk mengurus benda-benda peninggalan leluhur Galuh yang semula ditangan mereka. Namun, permintaan itu baru dilaksanakan beberapa bulan kemudian setelah pensiun dari PNS. Hanya saja bentuk keris, kujang, gobang dan bentuk lainnya yang terbuat dari bahan logam tidak hanya ditaruh begitu saja.
Karena lama kelamaan jika dibiarkan begitu saja akan rusak karena berkarat. sehingga dalam waktu tertentu karat pada benda benda benda pusaka itu dibersihkan. Terlebih lagi pada bulan Maulud seluruh benda peninggalan Galuh itu dibersihkan melibatkan komunitas Galuh Pusaka yang dikemas dalam acara Jamasan. Acara itu dihadiri sebagian pinisepuh Galuh dan kerabat terdekat serta masyarakat. Dana untuk pemeliharaan benda pusaka itu dari kocek saya sendiri ditambah hasil “rereongan” dari komunitas Galuh Pusaka.
Jumlah komunitas Galuh Pusaka hampir mencapai 1000 orang tersebar dari Ciamis sampai ke tingkat kecamatan. Pada waktu tertentu melakukan tour budaya mengunakan sepeda motor menuju berbagai lokasi yang berhubungan dengan sejarah Galuh. Dalam rangkaian peringatan hari jadi Ciamis ke 372 tanggal 12 Juni mendatang, sebagian dari benda peninggalan leluhur Galuh akan ditampilkan pada pameran.
“Bahkan lebih dari itu saya bercita cita ingin memiliki museum yang resprentatif berikut ruang untuk belajar menabuh gamelan, angklung, kesenian buhun, membuat batik dan belajar menempa baja untuk membuat kujang atau keris ukuran kecil untuk cenderamata. “Museum itu selain untuk melestrikan nilai budaya juga diharapkan menjadi obyek wisata budaya. Sekaligus memperkaya pengetahuan bagi para pelajar dan masyarakat,” tutur Ganefa Ivan Harjakusuma.
Hanya tentu saja terwujudnya keinginan Ganepa Ivan Harjakusuma memiliki museum yang resprentatif tentu saja hanya bergantung dari dukungan dan kesungguhan semua pihak terutama Pemda Ciamis. Karena dalam putaran kehidupan tidak ada hari ini manakala tidak ada hari kemarin. (Suherman DS/Koran-HR)