Anak-anak tengah bermain bedil jeplak dalam kegiatan Lomba Alimpaido yang digelar pada perayaan HUT Kota Banjar ke-11. Bedil jeplak merupakan salah satu permainan tradisional yang saat ini mulai terlupakan. Photo: Eva Latifah/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Di zaman serba modern seperti sekarang ini, sejumlah permainan tradisional yang dulu sangat digemari anak-anak lambat laun mulai ditinggalkan, bahkan bisa jadi kini mulai terlupakan.
Permainan seperti gatrik, main kelereng, lompat tali, ucing sumput (petak umpet), ular-ularan, gobag sodor, baren, engklak, egrang, kucing-kucingan, dan permainan-permainan tradisional lainnya kini telah tersisihkan oleh permainan modern seperti game Nintendo, Flay Station, Dingdong dan permainan modern lainnya.
Dulu, jenis permainan tradisional tersebut sangat digemari oleh anak-anak. Selain itu, permainan tradisional juga memiliki edukasi, keaktifan, dan menumbuhkan rasa kebersamaan diantara mereka. Namun. kini semuanya hampir tidak lagi dikenali oleh anak-anak di jaman sekarang.
Tekhnologi yang semakin canggih membuat sebagian besar anak-anak di Kota Banjar melupakan permainan tradisional yang sudah ada sejak dari jaman nenek moyang. Anak-anak sekarang lebih memilih permainan yang serba instan dan terbilang canggih, seperti halnya dengan bermain game online dan sebagainya.
Padahal permainan seperti itu berdampak negatif terhadap fisik dan fsikis anak-anak. Maka tak jarang akibat dari bermain game online, anak-anak menjadi ketagihan dan meminta sejumlah uang kepada orang tuanya untuk bermain game online. Mereka juga rela duduk berjam-jam di depan komputer sampai menghabiskan puluhan bahkan ratusan ribu demi permainan tersebut.
Melihat fenomena seperti itu, Ajum Rahayu (34), warga Lingkung Parungsari, RT. 08/03, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, mengatakan, sungguh indah jika teringat masa kecilnya dulu ketika bermain permainan tradisional bersama teman-teman sebayanya.
Tapi sekarang zaman telah berubah, dimana permainan tradisional hanya menjadi sebuah kenangan saja. Sebab, anak di zaman sekarang sudah tidak mengetahui apa yang disebut dengan permainan tradisional. “Permainan tradisional seperti gobag sodor sekarang sudah tidak ada lagi,” kata Ajum, Senin (21/04/2014)..
Di tempat terpisah, Kasi. Muskala dan Jarahnitra Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Banjar, Toto, menilai, bahwa faktor hilangnya permainan tradisional tersebut disebabkan karena terputusnya generasi terdahulu dengan generasi sekarang.
“Generasi terdahulu tidak mewariskan atau mensosialisasikan permainan tradisional tersebut kepada generasi berikutnya. Kita selalu terlena dengan budaya luar, sehingga anak-anak kita tidak mengetahui permainan tradisional yang merupakan warisan budaya leluhur,” ujar Toto.
Pihaknya berharap, bagi mereka yang mengetahui permainan zaman dulu agar dapat melestarikannya dengan cara memperkenalkan kepada generasi sekarang, supaya permainan tradisional tidak terlupakan dan punah. Terlebih peran orang tua juga sangat berpengaruh dalam memperkenalkan permainan tradisional kepada putra-putrinya.
“Permainan tradisional merupakan sejarah dan juga termasuk ke dalam salah satu budaya,” pungkas Toto. (Hermanto/R3/Koran-HR)