Ketua DPC PDIP Kabupaten Ciamis, Jeje Wiradinata
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kesuksesan PDIP Kabupaten Ciamis tak hanya berhasil merebut 12 kursi di DPRD Ciamis dan mempertahankan kemenangan dalam dua kali Pemilu Legislatif secara berturut-turut (Pemilu 2009 dan Pemilu 2014), tetapi parpol yang diketuai Jeje Wiradinata ini kerap memunculkan politisi baru yang duduk sebagai legislator.
Kader partai yang duduk sebagai Anggota DPRD Ciamis pada setiap periode selalu berganti di parpol berlambang moncong putih ini. Regenarasi kader berjalan dengan baik. Maka tak jarang, kader senior di parpol ini bisa dikalahkan oleh kader pendatang baru pada pertarungan Pemilu Legislatif.
Yang menarik lagi, kader pendatang baru itu bukan sekelas tokoh yang berkiprah di perpolitikan tingkat kabupaten, tetapi mereka adalah tokoh ‘kampung’ yang hanya dikenal di beberapa lingkup kecamatan saja.
Ketua DPC PDIP Kabupaten Ciamis, Jeje Wiradinata, mengatakan, untuk memenangkan Pemilu dengan sistem profesional terbuka atau pemilihan langsung, justru dibutuhkan seorang Caleg yang sudah mengakar di lingkungan masyarakat sekitarnya. Dengan begitu, Caleg yang diusung parpolnya mudah dipasarkan kepada masyarakat yang akan memilihnya.
“Ketika parpol lain menempatkan kader terbaiknya untuk bertarung di Dapil lain, justru saya mencari kader terbaik yang asli penduduk Dapil setempat. Karena, sehebat apapun seorang politisi, jika harus bertarung bukan di daerahnya, tetap saja tidak akan maksimal,” ujarnya, saat berbincang dengan HR di Ciamis, beberapa waktu lalu.
Menurut Jeje, kelebihan seorang politisi ‘kampung’, dia sudah mengenal karakteristik masyarakat setempat, sudah lama dikenal di daerahnya dan setidaknya memiliki jaringan kekerabatan.
“Dengan memanfaatkan kelebihan itu, membuat Caleg yang latarbelakangnya hanya politisi’ kampung’, bisa mengalahkan politisi senior yang sudah dikenal di tingkat kabupaten,” ujarnya.
Jeje mengatakan, dirinya sebagai Ketua DPC PDIP, tidak sembarang saat merekrut tokoh ‘kampung’ untuk dicalonkan sebagai Caleg dari Dapil tersebut. Tentunya, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh tokoh tersebut. ” Yang terpenting, dia memiliki rekam jejak baik di masyarakat dan memiliki loyalitas yang baik pula terhadap partai,” katanya.
Dari strategi itu, lanjut Jeje, dirinya sebagai ketua DPC PDIP kini bisa melahirkan politisi baru yang duduk di DPRD Ciamis. ” Seperti contoh, siapa dulu yang kenal H. Asep Roni (Ketua DPRD Ciamis), Oih Burhanudin atau Iwan M. Ridwan. Dulu ketiga orang ini hanya sebatas tokoh di kampungnya. Tetapi sekarang, ketika sudah duduk sebagai Anggota DPRD Ciamis, mereka sudah menjadi tokoh politik Kabupaten Ciamis,” ujarnya.
Menurut Jeje, selama dua periode menjabat sebagai Ketua DPC PDIP, dirinya selalu ingin melahirkan tokoh-tokoh muda untuk berkiprah di dunia politik. Karena, menurutnya, selain masih memiliki idealisme, tokoh muda juga memiliki semangat tinggi ketika ditarungkan dalam perhelatan Pemilu.
“Coba lihat saja, dari 12 Caleg terpilih PDIP, hampir 90 persennya merupakan tokoh-tokoh muda dari berbagai daerah di Ciamis dan Pangandaran. Kita selalu ingin melahirkan tokoh baru pada setiap Pemilu. Hal itu agar regenarasi kader di tubuh PDIP Ciamis berjalan dengan baik,” ujarnya.
Ketika ditanya bagaimana sistem perekrutan Caleg, sehingga PDIP Ciamis selalu melahirkan politisi baru, Jeje mengatakan, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan kaderisasi di tubuh partai. Menurutnya, apabila kaderisasi di sebuah parpol berjalan dengan baik, tentunya tidak akan kebingungan ketika memilih dan memasang Caleg di setiap Dapil.
“Saya juga sebagai Ketua DPC rutin menemui pengurus di tingkat kecamatan, bahkan sampai bertemu dengan pengurus di tingkat ranting. Dari situ saya bisa melihat kerja mereka dalam membesarkan partai. Dan di saat melakukan pemantauan itu, saya pun bisa dengan mudah melihat siapa individu pengurus di bawah yang benar-benar memiliki pengaruh di masyarakat, “ terangnya.
Ketika dalam memilih Caleg PDIP di masing-masing Dapil, lanjut Jeje, dirinya bisa melakukan penilian objektif dalam menentukan kader mana yang layak dan berpotensi menang. Namun, tidak cukup memasang Caleg berpengaruh saja, tetapi mesin partai hingga akar rumput pun harus sama digerakkan.
“Saat pemenangan Pemilu, saya pun turun langsung memantau kerja pengurus ke seluruh kecamatan. Apabila ditemukan pengurus atau Caleg yang kerjanya kurang maksimal, saya tidak segan-segan memarahi mereka,” ujarnya.
Dengan dilakukan pengawasan langsung hingga ke pengurus tingkat ranting, menurut Jeje, membuat mesin partai bergerak dengan baik. “Saya juga memberikan motivasi kepada mereka. Juga tak jarang saya ikut berkampanye di tengah-tengah masyarakat. Hal itu pun yang membuat seluruh pengurus di akar rumput bersemangat, karena ketua partainya pun ikut turun,” ungkapnya.
Menurut Jeje, selama dua kali Pemilu (2009 dan 2014), dirinya bisa leluasa membina akar rumput karena tidak memiliki jabatan di pemerintahan. Disamping itu, dirinya pun selama dua kali Pemilu tidak ikut mencalonkan diri pada bursa Caleg PDIP. “ Artinya, apabila partai ingin besar, harus ada keseriusan dari ketuanya dalam menggerakkan mesin partai. Agar ketua partai bisa bekerja maksimal, maka semestinya dia tidak usah ikut mencalonkan atau duduk sebagai pejabat politis. Ketua partai harus konsentrasi membesarkan partai,” katanya.
Saat pemenangan Pemilu 2014 kemarin pun, Jeje belum dilantik sebagai Wakil Bupati Ciamis bersama Bupati Iing Syam Arifin. Dengan begitu, dia bisa leluasa mengurus partai tanpa harus meminta cuti terlebih dahulu. “Saat ini saya sudah menjabat Wakil Bupati, maka jabatan Ketua DPC harus diserahkan kepada orang lain. Itu merupakan konsekuensi apabila partai ingin besar, “ pungkasnya. (Bgj/Koran-HR)