Di kawasan gua ini, tepat di Dusun Cikawung, Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, belum pernah dijelajah manusia. Warga setempat sebelumnya menganggap gua-gua di kawasan tersebut tidak memiliki pintu masuk. Foto: Asep Kartiwa/HR
Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Goa Lanang terletak di Dusun Cikawung, Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Gua ini merupakan salah satu dari 74 gua yang tersebar di Desa Selasari. Gua ini berada di sebuah bukit yang di kelilingi empat buah goa lainnya. Tepat di atas puncak Gua, terdapat makam keramat. Makam tersebut adalah makam Syeh Muhyi atau Syeh Langlangbuana, seorang penyebar agama Islam dari Cirebon.
Gua Lanang hanya memiliki panjang sekitar 25 meter. Di areal luar gua ini kerap digunakan kegiatan ritual oleh warga setempat. Ritual yang dilakukan di sana adalah babarit atau hajat bumi. Ritual Babarit yang digelar setiap bulan Maulid Nabi ini, dilakukan sebagai rasa Syukur kepada Alloh SWT atas limpahan nikmat yang diberikan kepada warga setempat.
Di sebelah Barat Gua Lanang terdapat Gua Hawu. Karena bentuk Gua mirip hawu (tungku yang terbuat dari batu) yang berlobang dua, maka warga setempat menyebutnya dengan sebutan Gua Hawu.
Ketika HR mengikuti ekspedisi dengan tim ‘Sutra Reregen’ Desa Selasari ke Gua Hawu, tampak seperti tidak ada pintu masuk ke dalam Gua. Namun bila dilihat lebih teliti lagi, di sana ada lubang sempit. Dan ketika dimasuki ke lubang tersebut, ternyata di dalamnya sangat luas.
Sebelumnya, warga setempat menganggap bahwa gua tersebut tertutup. Namun tim suvey dari “Sutra Reregan” penasaran dan ingin meneliti gua tersebut lebih dalam. Ketika memasuki ke lubang sempit, tampak bebatuan Stalagmit dan Stalagtit yang sangat indah. Di gua itu pun terdapat pula sebuah ruangan mirip ornamen kraton. Lebar di dalam gua ini sekitar 200 m3.
“Setelah melakukan ekspedisi ke gua ini, maka kami sepakat untuk menambah nama Gua tersebut dengan nama Gua Hawu Kraton,” kata Juru Kunci Gua di Selasari, Eli (63), ketika melakukan ekspedisi ke kawasan gua tersebut, Jum’at (28/03/2014) pekan lalu.
Di sebelah utara Gua Hawu, terdapat tiga buah gua lainnya. Satu buah gua memiliki panjang sekitar 300 m. Gua itu bernama Gua Batu Adu, karena terdapat Batu yang berhadapan. Di atas Gua Batu Adu terdapat sebuah gua yang memilki panjang sekitar 150 m.
Di pintu masuk gua tersebut ditemukan tulang belulang berbagai jenis binatang. Diduga tulang belulang tersebut adalah tulang belulang hewan atau kerap disebut makanan Kerud (sebutan untuk Macan/Harimau). “Kami sepakat menamai Gua ini dengan nama Gua Kerud,” kata Eli.
Menurut Eli, sejak lama gua di kawasan itu belum pernah dijelajah manusia. Warga setempat pun tidak ada yang berani memasuki Gua Kraton ataupun Gua Kerud. Selain itu, lanjutnya, tak seorang pun warga setempat yang mampu dan berani menebang pohon-pohon di sekitar gua tersebut.
Bahkan, Eli mengisahkan, pernah ada beberapa orang yang menebang pohon di kawasan gua tersebut. Namun naas, orang-orang tersebut akhirnya meninggal tak lama setelah menebang pohon. “Orang jahat seperti pencuri, tukang santet, penipu atau pelacur, setelah pulang dari gua-gua ini pasti apes, bahkan akan mati,” kata Eli .
Menurut Sarno (50), Tokoh Masyarakat setempat, pernah ada residivis dari Sukabumi yang lari ke kampung Cikawung, berniat untuk cari aman dari kejaran polisi. Namun, saat berada di kawasan gua tersebut, pencuri itu akhirnya meninggal tanpa sebab. “Tukang santet pun banyak yang menemui ajalnya setelah melintas atau mencoba mendekati wilayah gua- gua di kawasan ini,” katanya. (Askar/Koran-HR)