Liputan Khusus (Lipsus) Koran HR Edisi 5 Maret 2014
Sebuah lorong tempat keluar masuk babi hutan yang terdapat di Gua Bagong, yang berlokasi di sebuah perbukitan gunung di Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Foto: Asep Kartiwa/HR
Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Selain ditemukan beberapa fakta unik berupa batu stalagmit dan stalaknit yang berbentuk patung manusia dan patung gajah yang terdapat di salah satu gua di Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, tim GAMAPALA Universitas Galuh (Unigal), Ciamis bersama warga setempat pun menemukan keanehan saat menjelajahi sekaligus melakukan studi penelitian di sejumlah gua di daerah tersebut.
Saat menjelajah ke dalam Gua Santirah, tim GAMAPALA bersama warga dikejutkan oleh suara tangisan seorang perempuan. Sontak saja, mata dan telinga seluruh rombongan pun langsung mencari sumber suara tangisan tersebut. Awalnya suara tangisan itu pelan, namun semakin lama semakin jelas terdengar.
Wartawan HR, Asep Kartiwa, yang ikut menjelajah bersama tim GAMAPALA, mengaku mendengar suara tangisan tersebut. Menurut Asep, awalnya tim rombongan mengira bahwa tangisan itu adalah anggota tim GAMAPALA yang menangis karena tertinggal saat melakukan penjelajahan ke dalam gua. Namun, ketika dicek satu persatu, tidak ada satupun anggota tim yang tertinggal.
Iis Siti Sopiah, salah seorang Anggota tim GAMAPALA, saat itu ingat bahwa ada beberapa rekan satu timnya yang menunggu di luar gua. Dia khawatir, rekannya yang sebelumnya menunggu di luar gua nekad masuk ke dalam dan kemudian tersesat. Tim pun memutuskan kembali ke luar gua untuk memastikan keberadaan rekannya tersebut.
Setelah sampai di luar gua, tim rombongan dibuat kaget saat melihat rekannya tengah asyik memasak mie instans di sebuah tenda. Iis, saat itu langsung menanyakan kepada rekannya yang menunggu di luar gua, apakah diantara mereka ada yang masuk ke dalam gua dan kemudian menangis. Rekannya mengaku tidak ada satupun yang masuk ke dalam gua, apalagi ada yang menangis.
Tim rombongan pun dibuat terheran-heran dengan suara tangisan seorang perempuan yang terdengar di dalam gua. Meski begitu, tim rombongan kembali melanjutkan penelitiannya dan masuk ke dalam gua tersebut.
Ketika kembali berada di dalam gua, mereka tampak tidak menghiraukan lagi ketika mendengar suara menyeramkan. Mereka pun berdoa agar diberi keselamatan saat melakukan penelitian dan meminta ‘penghuni’ gua Santirah tidak mengganggu lagi.
Menurut Tokoh Masyarakat yang juga Ketua Tim Pengelola Objek Wisata Goa Reregan, Desa Selasari, Abah Kunai (48), menemukan keanehan ketika berada di dalam gua di kampungnya sudah hal biasa. Dia mengatakan wajar apabila mahluk halus yang menghuni sejumlah gua tersebut mengganggu setiap orang yang masuk ke dalam.
Karena sebelumnya, gua-gua yang berada di perbukitan gunung jarang dimasuki manusia. Bahkan, ada beberapa gua yang berada di puncak bukit diduga belum pernah dijelajahi manusia.
“Paling gua-gua yang berada di perbukitan hanya dimasuki oleh hewan liar, seperti babi hutan dan lainnya. Orang yang berburu hewan pun kadang jarang yang berani masuk ke gua-gua yang berada di perbukitan,” ungkapnya.
Hanya, lanjut Abah, gua-gua yang terdapat di perkampungan penduduk, seperti 7 gua yang yang saat ini sedang dikembangkan menjadi objek wisata, memang sudah terbiasa dimasuki manusia.
“Karena gua-gua itu lokasinya berada di bawah gunung dan berada di sekitar permukiman penduduk. Warga setempat pun sering keluar masuk ke gua tersebut dan tidak pernah ada cerita aneh-aneh di sana,” ujarnya.
Abah juga mengaku sering bermimpi didatangi ‘penghuni’ gua apabila dirinya sudah menjelajahi gua-gua yang berada di perbukitan gunung. Awalnya dia pun ketakutan, tetapi setelah sering melakukan penjelajahan ke sejumlah gua, dia pun akhirnya terbiasa.
“Niat saya kan untuk meneliti gua-gua yang berada di sini dan bukan untuk mengganggu mereka (mahluk halus). Jadi, kenapa harus takut lagi,” ujarnya sembari tertawa.
Abah pun mengisahkan kejadian aneh lainnya saat dirinya berada di dalam Gua Candrawacana atau Gua Bagong. Di gua yang memiliki lebar sekitar 30 meter dan panjang 50 itu, dia menemukan ratusan jejak kaki babi hutan. Anehnya, jejak kaki babi yang jumlahnya ratusan itu, sepertinya masuk ke dalam sebuah lubang kecil.
Secara logika, seekor babi hutan tidak mungkin bisa masuk ke lubang kecil tersebut, apalagi dengan jumlah raturan ekor. “Waktu itu saya penasaran dan kemudian meneliti jejak kaki babi tersebut. Yang saya heran, di lubang kecil pun terdapat jejak kaki babi. Logika saya waktu itu berpikir, jangankan jumlahnya ratusan ekor, satu ekor babi pun tidak mungkin bisa masuk ke lubang kecil itu,” ceritanya.
Yang mengejutkan lagi, kata Abah, jejek kaki babi itu masih ‘hangat’ atau diperkirakan baru 15 menit ratusan hewan hutan itu masuk ke lubang tersebut. “ Tetapi saya tidak mendengar ada suara babi lewat ketika berada di dalam gua. Padahal, saya sudah berada satu jam di dalam gua tersebut,” ujarnya terheran-heran.
Ketika tim GAMAPALA bersama warga setempat memasuki Gua Bagong pun, sempat dikejutkan oleh jatuhnya ratusan kelelawar. Saat itu ketika rombongan khendak memasuki mulut gua, tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba ratusan kelelawar jatuh dan hampir saja menimpuk bagian kepala anggota rombongan. Beruntung, kejadian tersebut bisa diatasi, dan rombongan pun melanjutkan penjelajahannya ke dalam gua tersebut. (Asep Kartiwa/Koran-HR)